Seorang pria paruh baya duduk di lantai ruangan jurusan Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar (UNM). Ia beralaskan karpet merah.
Situasi itu kontras dengan celana hitam berpadu baju merah emas bertuliskan “Bone Choir” yang ia kenakan. Dengan kacamata yang bertengger di hidung, ia sibuk mengamati dan memperbaiki bingkai foto yang rusak. Tangan yang lincah menggunting selotip, menyambung kerangka yang terlepas. Dia sedang mengisi waktu luangnya sebagai dosen Pedidkan Bahasa dan Sastra Daerah.
Lengkungan bibir ke atas hingga mata menyipit di balik kacamatanya menyambut penulis saat mendekat kepadanya. Terkesan begitu hangat menyapa. Dia begitu rendah hati dengan sederet prestasi yang telah diraih.
Dr. Agussalim AJ, M.Hum menceritakan ketika dirinya berpikir masih perlu meperjuangkan perekonomian keluarga selain menjadi pengajar. Pria kelahiran Ugi, Sabbag Paru, Kabupaten wajo ini menjadi arranger, pelatih vokal, dan pemain kecapi. Dengan menjadi pemain kecapi, pria lulusan D3 IKIP Ujung Pandang bidang Seni Musik ini, bisa mendapatan bayaran sesuai kualitas permainannya.
“Saya mainkan adalah permainan kecapi yang unik, yang langka, yang tidak banyak lagi bisa kita dapatkat di kampung-kampung,” ucap pada pertemuan itu, Kamis, 4 Mei 2023.
Pria lulusan S1 IKIP Yogyakarta Pendidikan Seni Musik ini, sering diundang bermain kecapi pada acara pernikahan, tampil pada acara-acara penting, atau pun acara komunitas. Dirinya bisa memainkan kecapi yang unik dan langka karena memiliki background musik.