Di atas meja, ditaruh sebuah buku dengan judul Risalah Perempuan Berkemajuan yang merupakan hasil dari Muktamar ke-48 Aisyiyah. Menurutya, perempuan berkemajuan adalah perempuan yang paham akan peradaban.
“Karena peradaban itu adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk melakukan sesuatu yang sifatnya abstrak dan dikaitkan dengan Al-Qur’an dan sunah,” ucapnya sambil menuruni tangga keluar dari gedung Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ditemani semilir angin sore dan lantunan azan Asar, sambil berjalan menyusuri lapangan basket Fakultas Bahasa dan Sastra, Mamudah terus menjelaskan mengenai perempuan berkemajuan versinya. Suaranya yang hangat dan penuh semangat membuat penulis ikut larut dan menyelami makna ucapannya juga tertular semangatnya.
“Perempuan berkemajuan merupakan tema sentral kita di Aisyiyah dalam lima tahun ke depan. Perempuan berkemajuan adalah perempuan yang mampu menyampakian dakwah amar maruf nahi mungkar dan tajdid menuju rida Allah. Dan ia tahu tangung jawabnya sebagai perempuan, juga sebagai seorang manusia yang diciptakan Allah sebagai Abdullah (hamba Allah) dan khalifah (pemimpin di muka bumi), perempuan juga harus mampu berpikir kritis,” ucapnya.
Tuluskan Niat
Sebagai seorang perempuan yang memiliki banyak peran, tentu manajemen waktu adalah hal yang harus dilakukan. Membagi waktu di antara kesibukan menjadi seorang ibu, dosen, pengusaha, dan ketua umum secara bersamaan bukanlah hal yang mudah.
“Yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu perbaiki niat, yakin terhadap apa yang dilakukan, dan senantiasa bersandar kepada Allah sebab manusia hanya berencana dan Allah yang menentukan. Niat harus senantiasa diperbaharui, dalam diri harus selalu ada spirit dakwah dan spirit tajdid,” tutupnya disertai senyum.