MAKASSAR, FAJAR — Sejumlah kepala sekolah (kasek) mengaku hanya menerima perintah dari Dinas Pendidikan (Disdik) Makassar, untuk menyiapkan lokasi Smart Toilet.
Dari pantauan FAJAR, Smart Toilet yang dikunjungi secara acak sangat jauh dari kata “pintar”. Pemanfaatannya pun tidak jauh dari toilet pada umumnya. Tidak ada yang istimewa, seperti nama proyeknya.
Di SMPN 8 Makassar, Smart Toilet tidak difungsikan. Pihak sekolah sengaja menguncinya, karena masih banyak bagian dan fasilitas yang belum selesai dikerjakan.
Diketahui, Smart Toilet dibangun menggunakan APBD Makassar 2018. Ada 84 sekolah terpilih (SD dan SMP) di 15 kecamatan, dengan total anggaran Rp17 miliar lebih. Jika berhitung secara kasar, maka setiap satu unit Smart Toilet menghabiskan anggaran kisaran Rp200 juta. Namun hasilnya tidak semewah yang dibayangkan. Atas dasar tersebut, Kejaksaan Negeri (Kejari) Makassar turun memantau nilai kerugian negara yang ditimbulkan.
Kepala SMPN 8 Makassar, Ruslan, mengatakan pihaknya sempat berkoordinasi dengan Disdik terkait penggunaan Smart Toilet tersebut pada tahun 2020 lalu. Disdik mengimbau untuk tidak menggunakan Smart Toilet untuk sementara waktu.
“Jadi waktu itu saya diberitahu bahwa putus kontrak. Disdik yang kasih tahu saya jangan digunakan dahulu,” singkat Ruslan, Senin, 11 Juli.
Pada akhir 2021 lalu, Ruslan kembali berkomunikasi dengan Disdik terkait kelanjutan Smart Toilet. “Dari Disdik diarahkan untuk silakan digunakan itu (Smart Toilet). Kalau mau difungsikan, kami harus membenahinya dahulu. Saluran air dan mesin air memang ada, tetapi tidak ada sumurnya,” sambungnya.