English English Indonesian Indonesian
oleh

SEO-Algoritma, Dua Incaran Media Masa Kini

Kemudian Arif juga berbicara soal demokratisasi dalam pengertian konten kreator. Yang pada masa lampau seseorang yang bukan siapa-siapa sulit membuat konten yang berkualifikasi berita.

Sekarang, jika seseorang sedang menuju ke kantor dan melihat mayat di tengah jalan atau biasa disebut sebagai korban tabrak lari, lalu dengan insting manusiawi memfotonya lalu mengunggahnya ke media sosial, bisa disebut sebagai konten kreator.

“Dalam banyak hal, peran-peran jurnalisme dijalankan oleh konten kreator yang sifatnya individual itu atau biasa juga disebut sebagai jurnalisme warga. Sebuah praktik yang tidak hanya dilakukan oleh media mainstream saja, tetapi juga oleh pengguna media sosial saat ini. Hal itu tentu saja perlu kita apresiasi, dan itu menjadi contoh sisi positif digitalisasi,” kata Arif.

Dia lalu mengungkapkan sisi negatif digitalisasi dan hubungannya dengan pers. Hal negatifnya adalah perubahan dalam performa dan perubahan dalam hal mengukur penetrasi dari media. Dalam hal mengukur ini, dikenal juga dengan istilah algoritma.

Algoritmalah yang kemudian menjadi dewa jurnalisme saat ini. Menurutnya, jika algoritma mengatakan A, maka semua media yang menjalankan model bisnis mencari trafick, pasti akan lari ke sana.

“Hal ini yang membuat media saat ini kemudian menghamba pada Search Engine Optimization (SEO). Semua mengikuti kemauan algoritma. Ini konsekuensinya logisnya adalah pada mutu atau kualitas jurnalistik,” katanya.

Di dewan pers, kata dia, dalam satu tahun pihaknya menerima 600 sampai 700 aduan yang 90 persen atau bahkan lebih isinya adalah pelanggaran kode etik jurnalistik pasal 1 dan 3.

News Feed