Yang mereka lakukan adalah pilihan yang rasional, selama menurutnya menguntungkan pasti akan terus dilakukan jika tidak ada pilihan lain.
“Pelibatan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, seperti RT, RW, dan sebagainya harus dimasifkan. Pendekatan sektoral intinya,” tambahnya.
Bangun Pusat Rehabilitasi
Banyak modus dari para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Selain Al-Qur’an, mereka juga memakai pakaian alim. Hal itu dilakukan untuk mengeruk rasa iba yang tinggi dari masyarakat.
Kabid Rehabilitasi Sosial Dissos Makassar Andi Eldi membenarkan makin maraknya modus-modus baru yang dibuat para anjal-gepeng itu. Termasuk, tampak alim yang kian marak ditunjukkan.
Modus lainnya, seperti menjual tisu dan telur puyuh, membersihkan kaca mobil, dan mengenakan pakaian muslim: pakai songkok, gamis, dan lainnya. Hal itu, hanya untuk mendapatkan perhatian masyarakat sehingga timbul rasa iba di situ.
Kebanyakan, kata dia, dilakukan oleh PMKS berusia dewasa. Bukan saja lelaki, tetapi perempuan juga.
“Seperti saya dapat di lampu merah Andi Tonro, itu kalau sudah banyak dia dapat, dia kasih orang tuanya yang menunggu di samping lampu merah, begitu modusnya,” kata Eldi.
Untuk mengatasi itu, saat ini pihaknya tengah mempersiapkan administrasi untuk melakukan penjaringan total dalam waktu dekat.
“Kita sudah mau-mi turun juga dalam waktu dekat untuk penjaringan total. Tetapi, kita selesaikan administrasi dulu, jangan sampai dikomplain saat penjaringan,” katanya.
Termasuk, pembangunan pusat rehabilitasi rencananya yang bakal dibangun di Makassar. Sebelumnya, ia membenarkan wacana pembangunannya di Maros, tetapi dirinya mengutamakan di Makassar. Sementara jika di kabupaten akan dikonfirmasi bupati.