FAJAR, MAKASSAR – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PPPA RI), Arifatul Choiri Fauzi, memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Sabtu, 24 Mei 2025. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Senat Lantai 2, Gedung Rektorat Unhas, dengan mengusung tema “Mewujudkan Kampus Inklusif dan Bebas Kekerasan: Kebijakan Perlindungan Perempuan yang Responsif Gender”.
Kuliah umum ini bertujuan menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, serta tanggap terhadap isu-isu gender dan kekerasan seksual.
Dalam pemaparannya, Menteri Arifatul menegaskan bahwa kampus tidak steril dari kekerasan. Ia mengibaratkan kekerasan sebagai fenomena gunung es, di mana hanya sebagian kecil yang tampak di permukaan, sementara banyak kasus tidak terungkap.
Banyak ruang yang seharusnya aman, termasuk kampus, ternyata juga tidak lepas dari kekerasan. “Data Kemendikbudristek tahun 2020 menunjukkan bahwa 77% dosen menyatakan kekerasan seksual pernah terjadi di kampus, dan 63% kasus tidak dilaporkan,” ungkapnya.
Arifatul menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi dalam upaya penanganan kekerasan, terutama di lingkungan pendidikan tinggi. Ia mengapresiasi keberanian semakin banyak mahasiswa untuk berbicara dan melaporkan kasus kekerasan.
“Mahasiswa harus saling menjaga. Ini adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak memiliki kewajiban untuk meminimalisasi terjadinya kekerasan,” tegasnya.
Tak hanya perempuan, Arifatul juga menyoroti bahwa kekerasan terhadap laki-laki kini menjadi fenomena yang juga patut diperhatikan.
“Siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh mengalami kekerasan dalam bentuk apa pun. Semua harus dilihat dari sisi manusianya,” ungkapnya.
Kuliah umum ini menjadi langkah konkret untuk mendorong kampus sebagai ruang aman bagi seluruh sivitas akademika serta memperkuat komitmen terhadap perlindungan dan kesetaraan gender. (*)