Film “Puang Bos” tidak hanya ditayangkan di XXI, tetapi juga di jaringan bioskop lain seperti Cinepolis, CGV, dan Platinum. Hal ini menunjukkan upaya maksimal tim produksi untuk menjangkau sebanyak mungkin penonton.
Adink mengakui bahwa persiapan dan promosi film ini melibatkan banyak pihak, termasuk komunitas lokal yang memainkan peran penting dalam menyebarluaskan informasi tentang film tersebut.
Adink Liwutang juga mengungkapkan, keindahan alam yang ditampilkan bertujuan untuk memikat penonton dan sekaligus memperkenalkan warisan budaya Sulsel kepada khalayak yang lebih luas.
“Visual yang memukau ini adalah bagian penting dari film. Kami ingin menunjukkan kepada dunia betapa kayanya budaya dan alam kita,” jelas Adink.
Kapal Pinisi
Eksekutif Produser “Puang Bos”, Meggy Tribuana, mengatakan Kapal Pinisi sebagai simbol ikonik Sulsel, menjadi salah satu daya tarik utama yang dipresentasikan dengan megah.
“Kapal Pinisi bukan hanya lambang budaya, tetapi juga representasi keahlian masyarakat Bulukumba dalam membuat kapal tradisional. Kami berharap elemen ini memberi dampak positif bagi pariwisata dan kebanggaan daerah,” ujar Meggy.
“Puang Bos” tidak hanya menghadirkan cerita yang mengharukan, tetapi juga memperlihatkan hubungan emosional yang kuat antara ayah dan anak.
“Inti cerita ini sebenarnya tentang ikatan keluarga yang mendalam, dan kami ingin penonton dapat merasakan hal tersebut,” lanjut Meggy.
Sentuhan budaya lokal yang otentik menjadi daya tarik yang dapat membedakan film ini dari produksi lainnya. (wis/zuk)