English English Indonesian Indonesian
oleh

Nilai Ekspor Nikel Sulsel Terkoreksi

Sedangkan ekspor biji-bijian berminyak tercatat hanya US$89,28 juta, turun 31,85% jika dibandingkan tahun lalu yang menyentuh US$130,99 juta. Sepanjang 2024 sampai Juli, turunnya permintaan dua komoditas ini sangat mempengaruhi realisasi ekspor Sulsel secara keseluruhan.

“Pasalnya nikel dan biji-bijian berminyak masih menjadi pemimpin pasar untuk perdagangan global di Sulsel,” ucapnya.

Pakar Ekonomi Unhas, Salman Samir menjelaskan, struktur ekonomi Sulsel yang masih bertumpu banyak pada aktivitas ekstraktif termasuk pertambangan nikel. Hal tersebut membuat ekonomi Sulsel itu dari sisi eksternal cukup rentan karena ekspornya banyak di komoditas tambang atau raw material yang harga dan permintaannya relatif tidak stabil.

Ini juga sejalan dengan fenomena deindustrialisasi di Sulsel. Inovasi yang rendah dan investasi yang tidak bernilai tambah tinggi menjadi pemicu stagnasi industri manufaktur dan rendahnya diversifikasi produk ekspor di Sulsel. Struktur industri manufaktur Sulsel hanya didominasi oleh dua jenis industri yakni makanan dan minuman serta barang galian bukan logam (tidak terjadi diversifikasi industri).

Alhasil, ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur sederhana dan komoditas (raw materials). Sulsel masih tertinggal dalam menghasilkan produk yang lebih kompleks dengan menggunakan teknologi yang lebih maju. Dalam satu dekade terakhir ini, hanya sedikit diversifikasi ekspor. Pada tahun 2013 ekspor Sulsel oleh komoditas, terutama nikel, kakao, biji-bijian, serta ikan dan udang. Komposisinya tidak jauh berbeda di tahun 2023, dengan ekspor masih didominasi oleh komoditas (nikel, besi dan baja, biji-bijian berminyak, serta ikan dan udang).

News Feed