BONE, FAJAR — Anak putus sekolah masih menjadi persoalan di setiap daerah. Di Kabupaten Bone, tercatat masih ada sekitar 12 ribu jiwa anak yang tak mengenyam pendidikan.
Angka ini harus ditekan apalagi pemerintah telah mewajibkan 12 tahun sekolah bagi anak. Upaya ini sebagai bagian dari program jangka panjang pengentasan kemiskinan.
Sekretaris Dinas Pendidikan Bone, Nursalam mengatakan, Pemkab Bone sudah melakukan sejumlah upaya intervensi untuk menekan angka ini, salah satunya lewat program Gerakan Kembali Bersekolah.
Implementasi ini diklaim berhasil mengurangi angka putus sekolah, pada tahun 2021 jumlahnya tercatat masih di angka 17 ribu jiwa dan data terakhir yang terbit pada 2023 tersisa 12 ribu.
“Jadi sekarang sudah berkurang signifikan, kita intervensi itu sekitar dua ribuan per tahun yang berkurang,” tutur Nursalam, Rabu, 31 Juli 2024.
Siswa putus sekolah didata kemudian dikembalikan ke sekolah, khusus yang sudah lama putus sekolah ini digaet untuk masuk ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai program pendidikan nonformal.
Nursalam mengatakan, ada sejumlah faktor yang putus sekolah ini masih ditemukan di Bone, seperti kondisi siswa yang berkebutuhan khusus, yang kesulitan mengakses sekolah luar biasa (SLB) karena jauh.
Faktor lainnya karena pekerjaan, anak harus bekerja untuk membantu orang tua ataupun menjadi tulang punggung keluarga.
Selain faktor tersebut, pernikahan dini juga menjadi penyebab utama banyaknya siswa putus sekolah. Rata-rata siswa putus sekolah karena pernikahan dini ini didominasi pelajar yang telah selesai di bangku SMP dan tidak melanjutkan sekolah ke bangku SMA.