Sebenarnya, berpisah dengannya tidak membuat duniaku berhenti untuk berputar. Hanya saja rasanya beberapa bagian dari diriku telah menghilang mengikuti angan untuk ingin bersamanya dalam tiap waktu yang kuhabiskan dalam medan tapak yang sering disebut bumi.
Pada akhirnya aku melepaskannya. Apakah itu kesalahan? Oh tidak, hanya saja melepaskannya bahagia dengan dunianya yang baru. Mengikatnya dalam hubungan paksa hanya bagian dari egoistis yang kumiliki. Kurasa dicintai dengan terpaksa adalah sebuah kriminalitas.
Aku hanya ingin ia tahu, bahwa aku sangat menginginkannya. Namun melepaskannya, karena aku mengutamakan kebahagiaannya meskipun itu berarti aku harus merelakan kehadirannya pergi dari hidupku. Aku mencintaimu, dan kamu dalam hidupku akan tertulis pada ruang-ruang yang pernah menjadi tempatmu. Andai saja keegoisanku hari itu tidak menguasaiku pasti saat ini kata “kita” tetap menjadi kata yang sempurna. Yah, maaf. Aku rindu. (*)
Penulis
Muhammad Raihan Maulana Rasyid
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra UNM
Saat ini sedang dalam Program Magang Mandiri di Harian Fajar