English English Indonesian Indonesian
oleh

Renungan Itikaf

Oleh; Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar


Itikaf dimanifestasikan pada malam-malam terakhir Ramadan.
Itikaf merupakan waktu yang tepat mencurahkan segala harap, dari hati yang mulai merekah.


Bersimpuh dalam kepasrahan, bermunajat melangitkan sejuta harapan.
Sunguh berjuta-juta 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘬𝘪𝘯𝘢𝘩𝘢𝘯 bagi orang yang menunaikan ibadah itikaf di masjid.
Hakikat itikaf yaitu bermakrifat (mengasingkan diri) dalam keheningan dengan Allah ﷻ. 


Itikaf jalan hening menuju dominion kemenangan, sekaligus menjemput kemuliaan 𝘓𝘢𝘪𝘭𝘢𝘵𝘶𝘭 𝘘𝘢𝘥𝘢𝘳.


Siapa pun yang itikaf berarti dia menemukan dirinya sedang berkontemplasi di lautan hikmah kalam-Nya.


Beruntunglah orang yang itikaf di masjid, dijadikannya itikaf sebagai sarana 𝘮𝘶𝘩𝘢𝘴𝘢𝘣𝘢𝘩 (evaluasi diri), memperbanyak mengingat Allah (𝘵𝘢𝘥𝘻𝘢𝘬𝘬𝘶𝘳), dan memikirkan karunia-Nya (𝘵𝘢𝘧𝘢𝘬𝘬𝘶𝘳) untuk memelihara dan meningkatkan kualitas takwa.


Mujarabnya, itikaf mampu mengobati segala duka lara, meredam segala gejolak dunia. Mereka yang itikaf lengsung mencecap, menghirup pesona senandung rahmat Ilahi.
Itikaf membawa sebuah pesan religius yaitu pesan perubahan ‘Kesalehan Individual’. Perubahan yang membuat setiap orang menjadi seorang pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.


Filosofi itikaf seperti proses metamorfosis sempurna pada kupu-kupu. Berawal dari telur, ulat kecil yang menjijikkan. Lalu berubah jadi larva, pupa (kepompong) hingga berwujud kupu-kupu.


Berpuasa Ramadhan lalu ditutup dengan itikaf selama beberapa malam, maka lahirlah kupu-kupu cantik jelita. Sayap-sayapnya indah dipandang, memancarkan warna yang memukau.

News Feed