Oleh; Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar
Itikaf dimanifestasikan pada malam-malam terakhir Ramadan.
Itikaf merupakan waktu yang tepat mencurahkan segala harap, dari hati yang mulai merekah.
Bersimpuh dalam kepasrahan, bermunajat melangitkan sejuta harapan.
Sunguh berjuta-juta ๐ฌ๐ฆ๐ด๐ข๐ฌ๐ช๐ฏ๐ข๐ฉ๐ข๐ฏ bagi orang yang menunaikan ibadah itikaf di masjid.
Hakikat itikaf yaitu bermakrifat (mengasingkan diri) dalam keheningan dengan Allah ๏ทป.ย
Itikaf jalan hening menuju dominion kemenangan, sekaligus menjemput kemuliaan ๐๐ข๐ช๐ญ๐ข๐ต๐ถ๐ญ ๐๐ข๐ฅ๐ข๐ณ.
Siapa pun yang itikaf berarti dia menemukan dirinya sedang berkontemplasi di lautan hikmah kalam-Nya.
Beruntunglah orang yang itikaf di masjid, dijadikannya itikaf sebagai sarana ๐ฎ๐ถ๐ฉ๐ข๐ด๐ข๐ฃ๐ข๐ฉ (evaluasi diri), memperbanyak mengingat Allah (๐ต๐ข๐ฅ๐ป๐ข๐ฌ๐ฌ๐ถ๐ณ), dan memikirkan karunia-Nya (๐ต๐ข๐ง๐ข๐ฌ๐ฌ๐ถ๐ณ) untuk memelihara dan meningkatkan kualitas takwa.
Mujarabnya, itikaf mampu mengobati segala duka lara, meredam segala gejolak dunia. Mereka yang itikaf lengsung mencecap, menghirup pesona senandung rahmat Ilahi.
Itikaf membawa sebuah pesan religius yaitu pesan perubahan โKesalehan Individualโ. Perubahan yang membuat setiap orang menjadi seorang pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Filosofi itikaf seperti proses metamorfosis sempurna pada kupu-kupu. Berawal dari telur, ulat kecil yang menjijikkan. Lalu berubah jadi larva, pupa (kepompong) hingga berwujud kupu-kupu.
Berpuasa Ramadhan lalu ditutup dengan itikaf selama beberapa malam, maka lahirlah kupu-kupu cantik jelita. Sayap-sayapnya indah dipandang, memancarkan warna yang memukau.