Oleh: Alim Fakhri*
Regulasi emosi di era digital merupakan tantangan yang besar bagi Generasi Z. Meledak-ledak dan cenderung tak sabaran, perlu ditangani dengan bijak.
Pada era digital ini, anak muda, khususnya Generasi Z mengalami banyak tekanan. Dari sekian banyak tekanan tersebut, mengatur perasaan atau emosi mereka menjadi salah satu tantangan terbesar.
Dilansir dari detik.com, gangguan kesehatan mental Generasi Z atau Gen-Z meningkat hingga 200 persen. Melansir dari laman Kementrian Kesehatan, sebanyak 6,1 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.
Generasi Z adalah keturunan dari generasi milenial, yang lahir pada 1995 hingga pertengahan 2010. Generasi Z hidup pada masa ketika teknologi sedang berkembang pesat (Anggraini Ani & Meriyandah Hilda, 2022).
Sikap Labil
Masa remaja adalah masa yang tidak bisa dilupakan dalam masa tahapan kehidupan manusia. Fase ini ditandai dengan pemikiran labil, yang mana dalam fase ini mereka memiliki emosi yang tidak stabil dan rentan terkena depresi.
Menurut hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey, 1 dari 3 remaja Gen-Z di Indonesia memiliki masalah mental. Depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental paling banyak kedua yang diderita remaja Gen-Z di Indonesia.
Manajemen emosi merupakan proses pembentukan emosi seseorang, cara seseorang merasakan, mengalami, atau mengungkapkan perasaan (Gross, 2002). Generasi Z, yang lahir pada era teknologi digital, seringkali dihadapkan pada berbagai tuntutan emosional yang sulit dikendalikan. Dari tekanan akademis hingga lingkungan sosial yang kompleks, regulasi emosi menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional