Oleh: Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin Makassar
Hidup bahagia dapat dipastikan menjadi impian semua manusia. Ingin menikmati bulir-bulir kebahagiaan berkepanjangan, bukanlah sebuah khayalan atau mitos belaka.
Tapi, pilihan. Kebahagiaan tidak perlu diukur dengan angka-angka, apalagi hendak dibeli dengan ๐ฎ๐ฐ๐ฏ๐ฆ๐บ ๐ฃ๐ช๐ฏ ๐ง๐ถ๐ญ๐ถ๐ด. Andai kebahagiaan bisa dihargai dengan duit, ๐ฅ๐ฆโ๐ฏ๐ข ๐จ๐ข๐จ๐ข ๐ต๐ข๐ธ๐ข ๐ต๐ข.ย
Kebahagiaan pasti diborong semua Hartawan. Sekiranya kekayaan bisa membuat orang bahagia, Adolf Merckle, orang terkaya di Negeri Hitler Jerman, mustahil menubrukkan dirinya di kereta api diesel.
Bilamana kekuasaan dapat menjadikan orang bahagia, G. Vargas, Presiden Brazil, tidak mungkin mengarahkan bedil menembak ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฅ๐ช๐ข jantungnya.
Sekiranya ketenaran bisa membuat orang bahagia, Michael Joseph Jackson, musisi legendaris dunia, mustahil minum obat tidur hingga overdosis.
Apabila kecantikan membuat wanita bisa bahagia, aku yakin Marilyn Monroe, seorang artis cantik kenamaan dari Negeri Paman Sam, tidak akan meminum alkohol dosis tinggi hingga ๐ฐ๐ท๐ฆ๐ณ๐ด๐ข๐ฌ๐ข๐ณ๐ข๐ต๐ช๐ญ ๐ฎ๐ข๐ถ๐ต.
Lantas, granula kebahagiaan itu seperti apa takaran kimiawinya? Kerap kita dengar orang lagi sumringah โSaat ini aku lagi bahagia ๐ฃ๐ณ๐ฐโ. Atau โSungguh bahagia sekali keadaanku hari ini, Serasa Ketiban Durian Runtuh. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan esensi bahagia yang ada di dalam hatikuโ.
Sebab, kata-kata hanyalah jahitan kata demi kata. Manusia bisa mencipta 1001 kata-kata yang terangkai indah, tapi apa ada yang bisa mewakili 1001 suasana hati yg penuh bahagia? Satu-satunya cara meraih eloknya bahagia adalah merasakannya: Hidup penuh rasa syukur dan cinta kasih.