English English Indonesian Indonesian
oleh

Mengenang Daeng Aco, Pasinrilik Bersahaja dari Nipa-nipa

Sejak menerima kabar undangan tersebut Daeng Aco demikian antusiasnya sebab telah lama ia tak bersinrilik. Keceriaan dari Daeng Aco jelas tergambar dari dokumentasi dan percakapan kami selama proses menyiapkan rencana sampai hari H pertunjukannya. Meskipun awalnya kami agak sangsi ia bisa karena seminggu sebelumnya ia baru keluar dari rumah sakit, akhirnya semua berjalan dengan sukses. Ia bersinrilik kurang lebih satu jam dengan dengan khidmat dan ceria. Di sela-sela lantunannya yang mendayu dan syahdu, sesekali ia lontarkan candaan bersama Haeruddin Daeng Nassa, pasinrilik lain yang juga hadir. Mereka berkolaborasi setelah nyaris dua puluh tahun tak bersua.

Momen indah di Losari tersebut nyatanya menjadi pertunjukan sinrilik perpisahan untuk Daeng Aco. Setelah itu tak ada lagi kesempatan lain. Kami terus menunggu jika sewaktu-waktu ada undangan lagi dan mengabarinya, tentu saja dengan catatan bahwa kondisinya fit pada saat itu sebab kami juga mengkhawatirkan kondisinya yang semakin menurun setiap hari. Daeng Aco meninggalkan warisan yang luar biasa. Ia bukan hanya sekadar seniman.

Di mata keluarga besarnya ia adalah sosok guru yang senantiasa dimintai pendapat dan pandangan. Sosoknya yang sederhana dan senang bercanda menambah rasa kehilangan bagi tetangga dan kerabatnya. Bagi kami yang dalamdua tahunterakhir intens berinteraksi dengannya, ia adalah perpustakaan hidup bagi semesta tradisi lisan Makassar. Sebagai lelaki biasa dari kalangan akar rumput ia menyimpan banyak pengetahuan yang tak mudah didapatkan hanya dengan mengandalkan pengalaman akademik semata.

News Feed