”Dari situ saya pelajari satu malam, saya buat susunan, pasti masalah. Masa kami para WR ini bisa membawa satu fakultas tapi bisa dikalahkan dekan yang cuma di situ. Saya analisis semua, dapatlah sembilan poin dan langsung saya kolaborasi dengan tim,” terangnya.
Wakil Rektor IV UNM Bidang Kerja Sama itu juga mengaku, pihaknya sudah menyampaikan sembilan poin tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan harapan, bisa mendapat tanggapan yang sesuai dari pihak kementerian.
”Secara fisik saya langsung antarkan ke kemeterian, lewat Lapor Kemendikbud. Jika di situ masuk, langsung di respons Menteri. Harapan saya, sembilan poin indikasi saya ini ditanggapi Pak Menteri. Dugaan sembilan poin itu tujuan saya mau verifikasi,” harapnya.
Bahkan Prof Ichsan membeberkan, ini bukan hal yang main-main. Sebab, seluruh rektor juga kabarnya kaget mendengar hal ini, termasuk forum rektor dan forum wakil rektor.
“Ini saya dengar ya, seluruh rektor yang baca ini juga kaget, kenapa bisa begitu. Seluruh rektor di Indonesia heboh. Yang saya amati, di forum WR bahkan sesama rektor mempertanyakan, kenapa suara WR jauh sekali dibandingkan dekan,” ungkapnya.
Dengan begitu, dia berharap sembilan poin indikasi dugaan tersebut, paling tidak, ada satu poin yang masuk di akal menteri. Sehingga, hasil pemilihan tahap pertama bisa dibatalkan.
”Kementerian itu peka, pasti diproses jika memang ada yang berlawanan, lalu dibatalkan lewat SK. Ini bikin malu, kami dapat tiga suara, padahal kami tahu situasi. Saya ingin sembilan poin ini gol dan hasil pemilihan suara dibatalkan. Kami para WR ini kecewa, masa sih 51, sedangkan urutan kedua hanya lima, kan cuma 10 persen, jauh sekali,” ungkapnya.