English English Indonesian Indonesian
oleh

Media Arus Utama Mesti Lakukan Perubahan di Era Disrupsi

FAJAR, MAKASSAR-Saat ini fenonema disrupsi merambah semua lini kehidupan. Disruption adalah sebuah inovasi dimana inovasi ini yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru. Termasuk di dalamnya, koran sebagai media cetak bisa saja terganti dengan media baru.

Demikian di sampaikan Erniwati, saat promosi doktor di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Rabu, 11 Januari. Erniwati mempertahankan disertasinya dengan judul “Disrupsi Media Baru terhadap Media Arus Utama, Studi tentang Surat Kabar Harian Fajar dan Harian Tribun Timur di Kota Makassar.

“Intinya media cetak harus melakukan perubahan. Perubahan dalam konteks Manajemen SDM. Termasuk konten dan alat untuk mendistribusikan berita itu,” ujarnya. Managemen SDM dari hulu ke hilir untuk melakukan perubahan, pengelola media khusunya pimpinan harus cepat, sebelum media cetak hilang maka harus melakukan adaptasi.

Lebih lanjut, dirinya menawarkan model baru yang ditawarkan agar sebuah media tetap mampu bersaing di era disrupsi. Pertama, Konten itu investigasi reporting, konten berbeda dari media lain, berbasis data, serta cerdas dan bijak.

Kedua, katanya, adalah manajemen. Seperti restrukturisasi misalnya dari SDM, regulasi, redaksi, gaya pemasaran, distribusi, kemudian evaluasi secara periode. Ketiga, teknologi berbasis digital sebagai sumber informasi, penguatan e-paper dan memanfatkan media sosial sebagai sumber promosi dan pendapatan.

Selain itu, Erni menyebut bahwa jaringan juga sangat penting agar media dapat bertahan di era disrupsi. Penguatan media berjejaring, lalu membangun networking dengan stakeholder, serta menjaga keterikatan dengan publik. Berbagai cara harus ditempuh agar sebuah media bisa bertahan di era disrupsi.

“Ke depan kita tidak akan tahu bagaimana media ke depan, saat ini kita tidak bisa menjamin masyarakat, orang-orang mungkin masih saja membaca koran, tapi ke depan tingkat kebutuhan masyarakat sudah bergeser,” jelasnya.

Sampai di sini, dirinya menjelaskan, bahwa ketika media tutup, cenderung yang disalahkan adalah internet dan teknologi. “Bukan internet yang salah, tapi perusahaan yang salah di sini,” katanya. Termasuk manajemen SDM.

Penguji Eksternal, Muliadi Mau, mengatakan bahwa salah satu pembeda antara yang menempuh S1, S2, dan S3 adalah aspek metodologis dan penguasaan teori. “Selama penyajian ibu Erni saya kagum karena mampu menyajikan data yang luar biasa. Saya awalnya menghawatirkan kemampuan teoritis ibu Erni, tapi hari ini disajikan kemampuan teoritis yang luar biasa,” ujarnya.

Karena itu, menurutnya, Erni punya 2 kemampuan, yaitu praktisi dan teoritis, dimana sudah dikemukakan lengkap pada promosi doktor tersebut. Adapun tim promotornya yaitu, Prof Andi Alimuddin Unde, Prof Marzuki, Prof Hafied Cangara, sementara Tim Pengujinya yaitu, Dr Dahlan Iskan, Dr Muliadi Mau, Dr Hasrullah, dan Dr Muhammad Farid. (mia/*)

News Feed