Variasi Kualitas dan Pengaturan Harga
Sulawesi Selatan telah lama dikenal sebagai lumbung pangan khususnya beras. Tidak dapat dipungkuri banyak provinsi khususnya di wilayah timur Indonesia sangat bergantung dengan beras dari Sulsel. Di satu pihak petani digalakkan untuk meningkatkan produksi seoptimal mungkin, pada lain pihak harga komoditas beras sangat dikontrol oleh pemerintah.
Kebijakan harga tertinggi (ceiling price) maupun harga dasar (floor price) tidak bisa dihindari karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Pemerintah Sulsel saat ini mendorong penanaman komoditas hortikultura terutama di lahan-lahan pertanian non irigasi teknis dan juga lahan-lahan kosong lainnya yang tidak produktif. Dari beberapa pemaparan oleh Pj Gubernur Sulsel memperlihatkan kurang dari 30 persen lahan yang telah dimanfaatkan. Itu artinya dari luas areal Sulsel sebesar 46.717 km persegi, masih terdapat lebih tiga juta hektare lahan yang belum dioptimalkan. Potensi ekonomi yang sangat besar jika bisa dijadikan lahan pertanian produktif.
Jika kita dapat menjaga kualitas dan kuantitas secara kontinyu melalui lahan yang luas dan monokultur, maka obsesi menjadi petani kelas dunia bukan hanya mimpi. Petani kita yang selama ini hanya tergantung pada harga pasar tanpa dapat menentukan harga (price taker), bukan tidak mungkin akan punya daya saing untuk menentukan harga (price maker). Saat ini pemerintah Sulsel menggandeng para pelaku komoditas pertanian kelas dunia untuk membantu petani di Sulsel.
Dengan demikian produk yang dihasilkan dapat terukur kualitasnya, serta dalam jumlah yang layak ekspor secara periodik.