Oleh: Aswar Hasan*
Ketika saya berkunjung ke Rusia, atas undangan Dubes Rusia dan Belarusia, Prof. Hamid Awaludin, Ph.D, LLM, stafnya menawari saya beberapa destinasi yang menarik untuk dikunjungi.
Di antaranya, Lapangan Merah di samping Kremlin, yang dahulu digunakan untuk acara penobatan Raja Tsar Rusia. Sekarang merupakan pusat kegiatan masyarakat, seperti upacara, pidato kenegaraan, pelantikan presiden, perayaan hari besar nasional, konser musik, dan parade militer.
Di sekitarnya ada bangunan yang begitu memesona, Katerdal Santo Basil yang dibangun pada Abad ke-14. Di Lapangan Merah itulah disemayamkan jasad Vladimir Lenin. Di samping mengunjungi Lapangan Merah, saya juga diajak mengunjungi teater, museum di St Petersburg. Di situ, kami menonton pertunjukan sirkus.
Mereka pun berkomentar, sebagian tamu dari Indonesia juga banyak yang suka menonton sirkus Rusia, karena menghibur katanya. Lalu, salah seorang diplomat di kedubes itu, nyelutuk, “Memang asyik dan menghibur, Pak”. Lagi pula, mereka yang ke sini, misalnya, dari para politisi, seolah-olah mendapat inspirasi saat menontonnya, yaitu bagaimana cara memukau para penonton, tanpa mereka sadari.
Menyaksikan acara sirkus itu seolah mereka menonton dirinya sendiri, sembari tertawa cekikikan, he…he…he… Perkataan Diplomat Indonesia yang di Rusia itu, sungguh menggelitik. Tiba- tiba saya teringat pada novelis dan penyair dari Nigeria, Ben Okri.
Dia menyatakan antara politisi dan pesulap dengan sirkusnya punya banyak kemiripan. Mereka sama-sama mampu mengalihkan perhatian orang-orang dari yang sebenarnya mereka kerjakan. Pesulap dan politikus memiliki persamaan, yaitu mereka harus pandai mengalihkan perhatian publik dari apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan.