FAJAR, MAKASSAR-Universitas Hasanuddin (Unhas) terus mengukuhkan langkah mewujudkan kampus inklusif bagi mahasiswa difabel. Lingkungan kampus pun harus mendukung.
Pusat Disabilitas Unhas ini di bawah naungan Wakil Rektor IV Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis, Prof Adi Maulana ini dibentuk sebagai salah satu wujud implementasi kampus inklusif yang dicanangkan Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa.
Prof Adi menyebutkan, pilihan Unhas menjadi kampus inklusif membuat pembaharuan kebijakan untuk mendukung inklusivitas di lingkungan akademik. Langkah cepat dari Pusat Disabilitas (Pusdis) Unhas merupakan pencapaian yang luar biasa.
Termasuk pembentukan Pusdis Unhas tergolong cepat dibanding dengan Pusat Studi lainnya. Ia membeberkan, membentuk satu pusat di Unhas harus dibicarakan dari level senat akademik, kemudian disetujui Majelis Wali Amanat (MWA). Persetujuan ini bahkan membutuhkan waktu yang lama, seperti Pusat Studi Kebencanaan Unhas yang terbentuk 2018 yang membutuhkan lima tahun.
“Sementara Pusat Disabilitas tidak sampai dua minggu, langsung disetujui. Ini diskresi kata rektor,” ujar Prof Adi membeberkan sejarah berdirinya Pusat Disabilitas Unhas yang baru berdiri lima bulan lalu saat membuka Talk Show “Jurnalisme Kampus dan Keberpihakan Media Kampus terhadap Isu Disabilitas” di Aula Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pembelajaran Unhas, Rabu, 29 November. Kata dia, langkah ini ditempuh sebagai wujud dan komitmen karena kampus sudah mendeklarasikan diri sebagai kampus inklusif.