Harusnya semua bagian dari jagat dijaga oleh ‘kebaikan’. Seperti galaksi yang dijaga avangers — sebagai simbol kebaikan — yang kita kenal sebagai Guardians of the Galaxy (GOTG). Pekan lalu film ketiga dari Guardians of The Galaxy — setelah “Infinity War” dan “Avenger: End Game” dipertunjukkan di berbagai bioskop. Maka tetap diwarnai ‘kisah cinta’ terputus Peter Quill dan Gamora. Dimana Gamora ternyata masih ‘hidup’, meski sudah kehilangan memori romantismenya dengan Peter yang berdiam di Knowhere. Ia hidup bersama Geng Guardians dan berbagai penduduk dari berbagai planet. Dengan misi yang sama: menyelamatkan berbagai planet dari gangguan para Villain yang selalu hadir untuk menghancurkan peradaban yang ada — untuk membangun peradaban baru yang digenggamnya.
Film ketiga dari “Guardians of The Galaxy” dimulai — ketika mereka yang sedang berada di Knowhere — tiba-tiba diserang oleh mahluk misterius bernama Adam Warlock. Ia merupakan makhluk super yang diciptakan Sovereign untuk menyerang Guradians. Adam yang diciptakan memiliki tugas menculik Rocket — yang merupakan mutan rakun hasil eksperimen dan kawan Quill — namun misinya tidak berjalan mulus. Adam gagal membawa Rocket. Makhluk genius itu justru terluka parah dan nyaris tewas.
Adam Warlock sengaja diciptakan untuk menciptakan peradaban baru di planet Counter Earth. Sosok penting — Villain — di balik terciptanya bangsa Sovereign yaitu High Evolutionery. Ia merupakan ilmuwan sekaligus pemimpim eksperimen yang melahirkan Rocket di masa lalu. Dalam situasi ini, Gengs Guardians berada dalam posisi genting karena Rocket mengalami kondisi kritis. High Evolutionery memerlukan Rocket untuk menyelesaikan ‘eksperimennya’ untuk membangun sebuah peradaban baru — setelah memusnahkan kehidupan lama yang tak dikehendakinya.