Sementara dari sisi Maroko, mereka begitu piawai dalam hal bertahan. Mampu membendung gempuran lawan-lawan kuat, bahkan sekelas Kroasia, Belgia, Spanyol, sampai Portugal. Semua mampu diatasi dengan baik.
Menariknya, Acraf Hakimi dan kolega hanya kebobolan satu gol saja sepanjang kompetisi ini. Itu pun gol bunuh diri yang terjadi di babak penyisihan grup saat mereka mengalahkan Kanada lewat skor tipis 2-1. Selebihnya, mereka tidak kebobolan saat melewati babak adu penalti kontra Spanyol.
”Maroko punya karakter kuat dalam bertahan. Begitu dapat bola, dia langsung counter dengan cepat. Itu semakin terbukti waktu lawan Portugal, penguasaan bola mereka sedikit sekali, hampir sepanjang laga dikepung terus, tapi sekali dapat bola, jadi gol,” kata dia.
Pelatih yang sempat membawa PSM Makassar berada di puncak kejayaan itu juga menilai, Maroko sudah layak disebut sebagai tim kuda hitam. Tidak ada yang menyangka dia mampu melaju sejauh ini di tengah hadangan tim-tim unggulan.
”Maroko ini luar biasa. Dia tim kejutan. Mencatat sejarah baru sebagai tim Afrika pertama yang tembus semi final Piala Dunia. Soal nama besar, Maroko jelas kalah dari Prancis. Tetapi, secara tim, siapa yang bisa bantah kalau mereka ini sangat solid. Pelatihnya ini luar biasa, dia tahu betul kekuatan dan kelemahan timnya,” jelasnya.
Terlepas dari semua soliditas tim, Syamsuddin Umar memberi perhatian kepada kiper Maroko, Yassine Bounou (Bono). Penjaga gawang Sevilla itu tampil impresif di Piala Dunia kali ini.
”Kiper Maroko ini luar biasa. Dia satu-satunya kiper yang baru jebol satu kali sepanjang edisi Piala Dunia kali ini. Itu membuktikan kalau dia punya kualitas yang bagus,” terangnya.