Pria kelahiran Kendari, Sulawesi Tenggara, itu langsung jatuh cinta pada pendakian begitu selesai menggapai puncak Batur setinggi 1.717 mdpl. ’’Setelah itu, mulailah sering mendaki gunung-gunung lain di Indonesia,” ujarnya.
Berbagai gunung di Jawa Timur telah dia daki. Juga, sebagian besar gunung di Jawa Tengah serta sejumlah gunung di berbagai provinsi di tanah air. Bagi dia, setiap gunung memiliki kekhasan tersendiri. Trek yang ekstrem menuju puncak adalah bonus surga alam.
’’Gunung Raung (di Banyuwangi) paling berkesan. Treknya sangat ekstrem,” kata laki-laki yang juga hobi bermain basket itu.
Reyner menyebut, mendaki bukanlah ambisi. Tidak ada target tertentu untuk bisa menggapai seluruh gunung yang ada di Indonesia. Mendaki semata bentuk kecintaannya terhadap alam dan kegiatan luar ruang.
Atau dalam bahasa Sanento Yuliman dalam puisi yang ditulisnya untuk Soe Hok Gie, mereka yang mendaki puncak-puncak gunung adalah ’’mereka yang mencintai udara bersih, yang mencintai terbang burung-burung, dan yang mencintai bumi”.
Pengalaman panjang pendakian itu pula, ditambah latar belakangnya sebagai dokter, yang membuat Reyner menaruh perhatian besar kepada para pendaki pemula yang minim pengetahuan mendaki. Apalagi, tingkat angka kecelakaan terkait mountaineering setahunya cukup tinggi. Termasuk yang dijumpainya di Merbabu pada 2019 tadi.
Di matanya, kecelakaan di gunung sejatinya tidak akan terjadi kalau para pendaki memiliki bekal pengetahuan yang tepat tentang berkegiatan di alam bebas. Itulah yang kemudian mendorong Reyner mengambil peran untuk mengedukasi tentang berbagai hal terkait kegiatan luar ruang.