FAJAR, MAKASSAR-Gerakan kebudayaan Sipakatau memasuki bulan kedua. Kali ini mengadakan Dialog Jejak Pahlawan untuk membangun monumen ingatan tentang para pahlawan Sulsel pada Jumat, 2 September di Benteng Somba Opu.
“Adapun pahlawan yang akan kami ulas kali ini adalah Sultan Hasanuddin,” Ujar Ketua Panitia Sipakatau, Prof Halilintar Lathief.
Lebih lanjut Prof Halil sapaan akrabnya, mengatakan bahwa Dialog Jejak Pahlawan mulai 01-20 September dan akan ada 20 Pahlawan Sulsel yang akan diulas, diantaranya seperti Mattalatta, Padjonga Dg Ngalle, Emmy Saelan, A Mappanyukki, Sultan Krg Jarung, Bote 1, Bote 2, Ranggeng dg Romo, Pong Tiku, P Diponegoro, Pettarani, Bau Massepe’, A Makkasau, Sultan Dg Raja, Sultan Hasanuddin.
Pemateri Jejak Pahlawan, Dr A Suryadi Mappangara MSi mengulas tentang Sultan Hasanuddin. “Sultan Hasanuddin lahir ketika Belanda mau berkuasa dimana VOC sudah ada dan kemudian meninggal tidak lama setelah benteng somba Opu hancur,” Ujar Suryadi.
“Ketika berbicara tentang sultan Hasanuddin selalu disandingkan dengan Arung Palakka dan VOC,” ujarnya.
Akan tetapi, mengapa permusuhan Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin, padahal dikaji dalam sejarah Arung Palakka berkhianat, mengapa Arung Palakka mengangkat senjata? Ternyata Bone ingin bebas dari kerajaan Gowa.
Ia mengatakan bahwa setiap zaman pasti ada polemik. Salah satu polemik yang terjadi 350 tahun lalu adalah polemik Sultan Hasanuddin, Arung Palakka, dan VOC. Tapi melihat polemik tersebut menggunakan kacamata sekarang. Maksudnya mata saat ini dipakai untuk melihat masa lalu. Sehingga ada kekeliruan dalam melihat sejarah.
“Kita belajar sejarah untuk mengajarkan kebaikan, bagaimana kita belajar dari masa lalu, bukan untuk dendam. Seperti persekutuan Arung Palakka dan VOC melawan Sultan Hasanuddin,” katanya. (mia)