Dalam perkembangan aktual, pertumbuhan kawasan ini terhitung pesat. Sementara di Maros, kehadiran Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, menjadi daya tarik.
Ini makin menggoda investor mengembangkan hal serupa. Khususnya properti jenis perhotelan, pergudangan untuk bisnis logistik (business park), dan juga hunian.
“Dilihat dari kehadiran bandara dan maraknya pembangunan properti, akan memicu pertumbuhan ekonomi baru dan terjadinya urban dari berbagai daerah ke wilayah kantong-kantong pertumbuhan itu,” papar Muttalib.
Transformasi yang terjadi pada perekonomian nasional saat ini tidak berjalan secara normal, dari negara agraris ke negara industri, kemudian jasa. Transformasi yang terjadi bersifat langsung.
Detailnya, dari negara agraris ke negara perdagangan dan jasa. Situasi ini tanpa melewati fase industrialisasi secara matang.
Warga Makassar, Sulfikar, menuturkan pembukaan kantong-kantong ekonomi baru sebaiknya segera dilakukan. Untuk wilayah Makassar, secara khusus sudah terlalu padat.
“Jadi itu menjadi salah satu yang dapat menyebabkan banjir dan perputaran ekonomi tidak terlalu baik karena terlalu banyak pedagang,” katanya.
Beberapa wilayah seperti Gowa dan Maros sudah seharusnya menjadi pusat peradaban ekonomi baru. Wilayah luas, strategis, dan masih luas kawasan kosong.
“Memang ada beberapa yang sudah terbangun, tetapi itu belum berkembang karena mindset masyarakat masih tertanam bahwa Kota Makassar itulah yang kota,” beber pria asal Manuruki ini.
Untuk mengembangkan suatu daerah, memang dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Agar bisa tercipta kawasan perputaran ekonomi yang baru.