Podium: Hasrullah.
Kursi panas kembali terjadi di kabinet Jokowi, setelah meninggalnya Tjajo Kumolo. Bergabai spekulasi politik mulai dari prediksi bermunculan dengan muncul kabar beberapa tokoh baik dalam kalangan PDIP hingga pergeseran kursi kabinet. Bahkan, mulai dari kabar miring seperti posisi Mendagri Tito Karnavian akan bergeser ke Menpan?
Prediksi lain, spekulasi muncul dari pihak internal PDIP dengan munculkan nama seperti Djarot dan Prof Hamka Haq yang dianggap kedua sosok yang mumpuni dapat mengisi kursi menteri. Adapun alasan mengapa kedua tokoh ini menjadi muncul dalam wacana publik, karena keduanya adalah kader PDIP.
Alasan lain, baik Djarot dan Hamka Haq mempunyai kapasitas untuk dipromosikan menduduki Menpan karena memang jatah PDIP. Namun, patron politik kepartaian untuk menduduki kader perlu mendapat “restu” dari ketua umum partai.
Pertanyaan yang perlu dijawab setelah ditetap atau diputuskan oleh ketua partai otomatis yang juga utusan partai, lantas Jokowi bisa menerimanya? Namanya usulan tergantung kemampuan meyakinkan dari pemimpin partai dan lebih menentukan lagi hak prerogatif presiden.
Prediski lain yang muncul dari beberapa pemberitaan media adalah memunculkan 4 tokoh di antaranya; Ahmad Basarah, Tri Rismaharini, Basuki Tjahaya Purnama, dan Ganjar Pranowo. Munculnya tokoh tersebut sehingga PDIP telah memiliki 6 sosok diluar Tito. Perlu juga diakui kader-kader PDIP secara simultan Partai berlambang “moncong putih” cukup mempunyai kader yang dapat mengisi dan kapasitas dapat diberi amanah sebagai menteri.
Dari aspek propaganda, munculnya kader-kader PDIP, ternyata nama internal tentu menjadi snowball yang juga dapat membuktikan PDIP juga punya nama untuk memaju kadernya untuk menduduki kursi presiden 2024. Apalagi Ganjar selama ini selalu masuk dalam hitungan dan sangat diperhitunghkan jika mau dirivalkan dengan tokoh sekaliber: Anies Baswedan, Prabowo, Cat Imin, Puan Maharani.
Game politik yang dapat diartikan memajukan nama Ganjar bukan tanpa alasan sebagai sosok yang digadang-gadang PDIP untuk Pilpres mendatang. Karena Ganjar yang juga merupakan ketua pemerintahan desa tidak saja memiliki kapasitas, tetapi branding personal cukup kuat untuk membawa bendera PDIP sebagai prersiden pasca Jokowi.
Namanya prediksi adalah sesuatu yang diperkirakan secara sistematik dengan memperhatikan sesuatu yang paling memiliki kepastian berdasarkan informasi yang akurat. Seeandainya ketua partai PDIP mencoba memajukan Ahok dalam menduduki kursi kosong yang ditinggalkan Tjahyo Kumolo terbukti prediski. Untuk itu, kita tunggu saja nama yang diusulkan ketua partai (baca: PDIP) untuk memperkecilkan ramalan (forecast) untuk menghilangkan ketidakpastian.
Semoga saja, dari 6 calon yang berasal dari PDIP semoga saja dikirim ke presiden Jokowi yang paling sedikit unsur penolakan dari publik, sehingga citra PDIP yang telah mempunyai nama baik selama selaras dengan keinginan publik. Namanya prediksi bernilai conjecture, adalah ramalan yang berdasarkan informatif yang mempunyai ketepatan penilaian akurat ke depan. (*)