“Penerapan sanksi yang lebih tegas lagi dalam mengatur kampanye di sosial media,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa anak muda yang menang pada Pilkada 2020 masih didominasi oleh mereka yang memiliki hubungan keluarga dengan pimpinan partai atau pejabat. Hal ini dapat membuat tidak adanya perubahan peta politik dan pembaharuan ide.
“Oleh karena itu pentingnya sinkronisasi ruang oleh partai politik dengan pengetahuan konstituen melalui pemanfaatan media, tidak boleh lagi ada gap,” paparnya.
Sementara itu, Gustiana menuturkan hasil riset yang telah disampaikan oleh The Indonesian Institute patut untuk mendapatkan apresiasi. Riset The Indonesian Institute memperlihatkan bahwa adanya persepsi anak muda terkait dengan partai politik yang ikut serta pada 2019 sebagian besar telah memiliki visi misi yang jelas.
Terkait dengan isu strategis, misalnya saja ketenagakerjaan, korupsi, ketimpangan pendidikan, mafia minyak goreng, serta kebebasan berekspresi dan ruang demokrasi digita penting menjadi perhatian yang termuat dalam visi, misi dan rencana strategis partai politik.
“Terkait dengan isu gender, keterwakilan perempuan di Indonesia sebenarnya ada, tetapi pertanyaannya apakah telah memperlihatkan relevansi dengan kapasitas, independensi, dan semangat perjuangan perempuan yang berorientasi pada hak-hak perempuan?,” bebernya.
Ia juga mengarahkan anak muda untuk memanfaatkan ruang-ruang partisipasi politik, tidak hanya ketika memilih. Respons terhadap kebijakan dan masyarakat itu termasuk dalam partisipasi politik.