Oleh Hasanuddin Atjo, Ketua SCI Sulawesi
Kamis, tanggal 9 Juni 2022 bertempat di salah satu prosesing udang bernilai tambah di Kawasan Industri Makassar KIMA, saya hadir membahas bagaimana tantangan maupun prospek industri udang di dalam negeri dan pasar global.
Hadir, karena undangan mewakili Shrimp Club Indonesia, SCI wilayah Sulawesi. Dan secara kebetulan CEO, chief executive officer dari PT Bomar Bogatama Marinusa, Tigor Chendarma adalah sahabat lama sejak puluhan tahun lalu.
Pria kelahiran tahun 60-an, terlihat awet muda, lincah, energik serta berkomitmen memajukan industri udang nasional. Salah satu yang menonjol darinya adalah suka akan hal berkaitan pembaharuan dalam industrialisasi udang secara sains dan terukur.
Diiskusi berlangsung secara semiformal, cenderung lepas diselingi joke-joke ringan, tetapi fokus pada bagaimana skenario meningkatkan daya saing industri udang nasional yang cenderung makin tertinggal. Bahkan ditelikung pendatang baru seperti Ekuador, India, dan Vietnam yang notabenenya tidak memiliki garis pantai sepanjang Indonesia.
Yang menjadi Ironi ketika Ekuador, India, dan Vietnam sedang panen raya seperti saat ini, maka harga udang di pasar lokal Indonesia akan “terjun bebas” dan ancaman serius bagi pelaku budidaya udang karena input produksi seperti induk udang, tepung ikan dan sejumlah alat dan prasarana lainnya masih harus di impor, mengambil porsi 60-70 persen dari cost produksi. Kondisi seperti ini sudah tentu tidak boleh dibiarkan tanpa akhir.