Percik: Nur Alim Djalil
Berawal dari cinta. Kisahnya di Palestina, tahun 26 Masehi. Kala itu Kaisar Romawi, Ptolemaeus dimabuk asmara. Tidak tanggung-tanggung, asmara yang memabukkan itu kepada keponakannya sendiri, Herodia. Putri dari saudara kandungnya.
Putri Herodia demikian halnya Ptolemaeus. Juga dimabuk asmara. Keduanya terlibat cinta terlarang. Terang-terang keduanya menunjukkan perasaan cintanya, namun masyarakat menganggapnya tidak wajar.
Berdasarkanajaran agama, pernikahan paman dan keponakan diharamkan. Saat itu di Palestina, diutus tiga nabi: Nabi Zakariah, Yahya, dan Isa alaihissalam di tengah kaum Yahudi. Tiga nabi sekaligus tidak menjadikan hati kaum Yahudi lembut, tetap saja membatu.
Raja Ptolemaeus ingin mendapatkan cara agar rencana pernikahan mereka diperbolehkan. Dia kemudian meminta kepada Nabi Zakariah dan putranya, Nabi Yahya alaihissalam untuk memberi keputusan keabsahan pernikahan mereka. Dia ingin, dengan kekuasaannya, kedua manusia suci itu menyetujui keinginannya.
Nabi Yahya bersedia untuk memberikan keputusan. Ia kemudian meminta agar masyarakat dikumpulkan di rumah ibadah. Ia ingin memberi pengumuman. Ia ingin menyampaikan keputusannya tentang rencana pernikahan paman-keponakan.
Di rumah ibadah,masyarakat sudah berkumpul. Teramat ramai dan penasaran ingin mendengarkan keputusan yang disampaikan Nabi Yahya.
Ptolemaus mempersilakan. Nabi Yahya pun maju. Dengan santun ia meminta izin kepada ayahnya, Nabi Zakariah – yang sudah sepuh,untuk menyampaikan pidatonya. Suaranya lantang.