English English Indonesian Indonesian
oleh

Bissu dan Perlawanan Tanpa Suara

Respons yang dilakukan oleh bissu, menurut saya, justru menampilkan suatu pendirian dan komitmen. Jika mereka hanya dilibatkan setengah hati, mereka memilih untuk tidak ikut serta sama sekali. Dan itulah yang mereka lakukan. Saya melihat hal ini sebagai upaya perlawanan bissu terhadap pemerintah lokal yang berupaya meminggirkan eksistensi mereka dalam satu perhelatan yang bersifat simbolik. Bissu tampaknya sadar bahwa mereka tetap mampu untuk eksis dalam kehidupan sehari-sehari sebagai bissu di tengah kemenduaan akan orang-orang yang menerimanya secara tangan terbuka maupun mereka yang menstigmatisasinya secara negatif.

Perlawanan semacam ini, meski tidak berlangsung secara terbuka dan konfrontatif, adalah sebuah bentuk perlawanan yang disebut oleh James C. Scott (1992) sebagai hidden transcript atau perlawanan tersembunyi. Perlawanan seperti ini bisa berlangsung lewat banyak hal, seperti gosip atau menyebarkan desas-desus atau dengan memberikan sikap, yang berlangsung di belakang panggung dan tidak disadari oleh mereka yang berkuasa. Hingga saat ini, Puaq Matowa Bissu Bone memilih diam dan tak bersuara. Untuk saya, ini adalah sikap perlawanan yang menunjukkan komitmen untuk tidak bergantung dan patuh kepada pemerintah sebab bissu meyakini mereka memiliki tata-caranya sendiri dalam melakukan prosesi ritual. Dengan kata lain, bissu berdiri tangguh agar keyakinan mereka tidak dicampuri oleh pemerintah. Seperti yang salah seorang bissu pernah katakan kepada saya, “Pemerintah lah yang membutuhkan bissu, bukan sebaliknya.” (*)

News Feed