Kedua, peralihan dari sistem kerajaan ke sistem politik modern. Di masa-masa kerajaan, bissu mendapatkan tempat yang istimewa. Mereka tinggal di lingkungan kerajaan, diberi lahan untuk digarap, dan bertugas untuk menjaga serta menyucikan arajang atau benda pusaka yang menjadi simbol legitimasi sebuah kerajaan untuk berkuasa. Karena bissu diyakini turun bersama raja pertama yang memimpin semesta masyarakat Bugis, mereka juga bertugas untuk melantik raja. Di samping itu, mereka sekaligus berperan untuk memfasilitasi pernikahan antar bangsawan, memberikan nasihat kepada raja, hingga memastikan kesuburan tanah (Davies, 2010: 71-86). Setelah kerajaan di Sulawesi Selatan beralih ke pemerintahan modern pada 1957, bissu kehilangan sumber penghidupan utamanya yang sebelumnya difasilitasi oleh raja. Mereka pun menemukan sumber penghidupan yang baru dengan membuka salon kecantikan sebagai bentuk ekonomi baru. Ketiga adalah operasi taubat yang dilakukan oleh kelompok DI/TII pada paruh 1950an sampai awal 1960an kepada bissu karena mereka dianggap menyimpang dari ajaran Islam.
Perlawanan dalam diam
Paparan historis itu menyediakan ilustrasi kepada kita bahwa terjadi pergeseran besar-besaran dalam peran bissu yang disebabkan oleh banyak hal. Dengan hilangnya sejumlah peran bissu karena rasionalisasi budaya dan pendidikan modern, bagaimana kah para bissu di Bone mendapatkan legitimasi?
Pertama, adalah melalui cultural performance, dalam hal ini sere bissu maggiriq, suatu tarian yang sentral dalam setiap ritual-ritual bissu yang bertujuan untuk meminta persetujuan kepada dewata untuk membawa keberkahan dan kesejahteraan (Umar, 2016:132). Memasuki abad ke-21, pasca-reformasi, bissu mulai semakin terlibat dalam acara-acara publik baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional dengan menampilkan tarian maggiriq. Sebagian kalangan berpendapat bahwa akibat dari hal tersebut sere bissu maggiriq serta merta sudah menjadi komoditas dan tontonan semata. Akan tetapi, saya berpendapat lain. Bagi saya, tampilnya bissu di muka publik justru dapat memperkuat posisi tawar mereka, termasuk dihadapan kekuasaan. Komodifikasi memang tidak bisa dipungkiri, namun pendapat yang demikian justru bisa mengabaikan agensi bissu yang melihat sere bissu maggiriq sebagai upaya untuk mendapatkan modal simboliknya sebagai indo botting sekaligus salah satu cara mereka untuk bertahan hidup, bahkan menjadi cara untuk merekrut generasi bissu baru seperti yang dilakukan pada “Pelatihan Sere Bissu” pada bulan Januari 2022 untuk para calabai di Kabupaten Bone.