FAJAR, MAKASSAR – Krisis minyak goreng diperkirakan tidak selesai dalam satu bulan ini. Bisa jadi sampai Ramadan.
Selengkapnya baca lapsus minyak goreng di halaman 10 koran FAJAR, edisi terbit Selasa, 1 Maret 2022
Persoalan yang telah muncul sejak tahun lalu ini sampai mengharuskan menteri turun lapangan. Akar masalahnya pun tak kunjung tertangani.
Ekonom Unhas Prof Hamid Paddu mengatakan fluktuasi harga minyak goreng masih berlangsung meski pemerintah memiliki kebijakan mengintervensi. Sebab, implementasi di lapangan mengalami berbagai hambatan.
Di samping, ada spekulasi yang memang harus diatasi. Seperti, kebijakan penjual yang membeli dengan harga tinggi sudah dibeli pemerintah dan diganti selisihnya.
Hanya saja, praktiknya sulit karena harus ada NPWP, bukti pembelian, dan sebagainya. Sehingga banyak yang masih mematok harga di atas Rp14 ribu (HET) dan cenderung Rp18 ribu sampai Rp20 ribu.
Hamid pesimis ini bisa selesai sebulan ke depan. “Kemungkinan ini tidak bisa selesai sampai sebulan ke depan meskipun berbagai lintas kementerian mengatasi ini,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas ini dilansir koran FAJAR edisi Selasa, 1 Maret 2022.
Olehnya, pemda harus membantu mengurai masalah di bawah. Semisal, Dinas Perdagangan dapat memanfaatkan koperasi yang ada, baik wilayah dan induk agar bisa menangani di pasar.
“Memang yang harus ditangani ialah pelaku di bawah (pedagang di pasar-pasar) yang kesulitan menerapkan kebijakan pemerintah. Di satu sisi pemerintah sulit mengintervensi karena tidak memegang stok. Beda halnya dengan beras yang diintervensi oleh Bulog,” urainya.