English English Indonesian Indonesian
oleh

Restorasi Terumbu Karang Ciptakan Surga Bawah Laut

“Tidak diperkenankan mencari ikan di wilayah itu, karena di situ ikan dapat bertelur dan berkembang, jadi dijaga. Kecuali di luar wilayah ini, nelayan sekitar boleh menangkap ikan. Kita juga khawatir jangan sampai membawa alat tangkap berbahaya. Karena biasanya kan disembunyikan alatnya itu,” ungkapnya.

Area kedua adalah spot-spot yang bisa dimanfaatkan nelayan setempat untuk menangkap ikan karang seperti kakap, kerapu dan baronang. Alat tangkap yang diizinkan pun hanya pancing agar tidak merusak terumbu karang di bawahnya. Sedangkan nelayan dengan alat tangkap lebih besar, seperti jaring, memilih menangkap ikan di luar pulau.

Nilai Ekonomi

Sebuah studi yang dilakukan Irwansyah dkk Jurusan Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Cokroaminoto, Makassar pada 2020, menyebutkan, bahwa 80 persen warga di Pulau Bontosua memanfaatkan terumbu karang secara langsung untuk kegiatan penangkapan ikan dan pariwisata. Valuasi ekonomi dari aktivitas ini sebesar Rp200.400.000.

Sedangkan pemanfaatan tidak langsung terumbu karang adalah sebagai penahan gelombang. Dalam studi itu, valuasi ekonomi manfaat tersebut dihitung dengan pendekatan biaya untuk membuat tanggul penahan gelombang sebesar Rp4,7 miliar.

Valuasi ekonomi pemanfaatan terumbu karang secara langsung oleh warga mungkin akan lebih besar, jika seluruh terumbu karang di Pulau Bontosua direstorasi. Menurut Rusdi, luas terumbu karang yang masih rusak di desanya saat ini di bawah 60 persen.

Kerusakan terumbu karang di Bontosua telah terjadi cukup lama. Penyebabnya adalah maraknya penangkapan ikan menggunakan jaring pukat hela (trawl) dari nelayan luar pulau yang merusak habitat dan biota laut. Jaring jenis ini tidak ramah lingkungan karena mengeruk dasar perairan dan bermata jaring kecil yang bisa menangkap ikan anakan.

News Feed