FAJAR, MAKASSAR — Isu stunting masih menjadi tantangan serius bagi Pemerintah Kota Makassar. Melalui kolaborasi dengan sektor swasta, upaya percepatan penurunan angka stunting terus digalakkan, salah satunya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Phinisi Hospitality Indonesia (PHI).
PHI memberikan dukungan berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) gratis kepada anak-anak stunting binaan Darma Wanita Persatuan (DWP) Kota Makassar, khususnya di Kecamatan Rappocini.
Camat Rappocini M. Aminuddin menjelaskan bahwa PHI bersedia menyalurkan box lunch CSR kepada warga Kelurahan Kassi-Kassi selama 90 hari.
“Ini langkah konkret yang diharapkan mampu meningkatkan gizi anak-anak stunting di wilayah tersebut,” ujar Aminuddin.
Ia memaparkan, di Kelurahan Banta-Bantaeng sebelumnya tercatat 158 anak stunting. Namun setelah dua bulan intervensi, jumlahnya menurun drastis menjadi sekitar 70 anak.
“Artinya, lebih dari separuh berhasil ditangani. Ini progres luar biasa dan menunjukkan efektivitas intervensi gizi,” ungkapnya.
Program serupa kini menyasar Kelurahan Kassi-Kassi, yang tercatat memiliki 87 anak stunting. Evaluasi akan dilakukan secara berkala selama tiga bulan ke depan untuk menilai efektivitas program.
“Bantuan ini sangat berperan. Masih banyak warga marginal di kelurahan. Inilah pentingnya kolaborasi pemerintah dan sektor swasta,” lanjut Aminuddin.
Sementara itu, CEO PHI Group, Anggiat Sinaga, menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak awal Juli dan melibatkan empat hotel di bawah naungan PHI. Setiap harinya, 50 anak menerima makanan bergizi. Awalnya program ini dijadwalkan berlangsung selama tiga bulan hingga September 2025.
“Namun melihat semangat para pengawas di kelurahan, kami putuskan menambah durasinya menjadi enam bulan,” ungkap Anggiat.
Ia menegaskan bahwa program ini bukan sekadar kewajiban CSR, tetapi bentuk kepedulian nyata terhadap masyarakat.
“Kalau hasilnya bagus, kami pertimbangkan untuk memperpanjang. Kami ingin menginspirasi perusahaan lain untuk ikut berkontribusi,” ujarnya.
Anggiat menambahkan, dengan ekonomi kota yang cukup baik, Makassar seharusnya bisa menjadi kota bebas stunting. Namun, dampak pandemi menyebabkan ketertinggalan yang harus segera dikejar.
“Ini saatnya saling mengisi dan bergerak bersama,” katanya.
Perwakilan DWP Kota Makassar, Gusmi Irwan Bangsawan, menyebutkan bahwa angka stunting di Makassar masih berada di kisaran 19,8 persen, lebih tinggi dari target nasional sebesar 18,8 persen pada akhir 2025.
“Makassar termasuk penyumbang angka stunting yang signifikan secara nasional. Ini jadi perhatian serius,” tegasnya.
Sementara itu, Penanggung Jawab Kegiatan, Erwin Nyompa, menyampaikan bahwa program ini juga bagian dari rangkaian peringatan hari nasional. Hotel Claro turut ambil bagian dalam penyaluran makanan tambahan.
“Ini bentuk kontribusi nyata dunia usaha dalam pembangunan sosial,” katanya.
Ia juga menyoroti faktor lain penyebab stunting, yakni kesibukan orang tua yang bekerja seharian sehingga anak kurang mendapat perhatian terhadap asupan gizinya.
“Karena itu, program seperti ini sangat penting untuk menjembatani kebutuhan gizi anak-anak dari keluarga kurang mampu,” jelasnya.
Erwin menegaskan bahwa pemberian PMT dilakukan dengan pengawasan ketat. Setiap bulan dilakukan penimbangan berat badan dan monitoring konsumsi makanan tambahan.
“Jadi, bantuan tidak hanya disalurkan, tapi juga dimonitor secara berkala,” pungkasnya. (wis)