“Sekarang ibu saya di dapur masak abon. Saya dari rumah tinggal klik-klik di aplikasi untuk kirim ke luar kota,” ujarnya sembari tertawa kecil.
Kini, Abon Ummi Tati tak lagi sekadar produk rumahan. Dari dapur di pulau kecil, abon buatan tangan Ummi Tati sudah menyapa lidah pelanggan di berbagai kota di Indonesia.
“Jangan takut memulai. Dan jangan anggap remeh kekuatan logistik. Karena buat kami yang tinggal di pulau, jasa kirim seperti JNE itu bukan cuma pengantar barang. Tapi juga pengantar harapan,” pesannya.
Di sudut Makassar yang lain, seorang perempuan muda, Kiki, menekuni usaha dagang daster dan piyama, berlabel yourfa.id. Pesanannya datang dari berbagai daerah di Sulsel.
Sejak awal memulai usaha, Kiki memasarkan produknya secara online. Tak ada toko. Namun dari segi kualitas, produknya menawarkan barang yang berbeda. Kain daster maupun piyamanya lembut dan nyaman dipakai.
Foto produk yang diunggahnya pun menunjukkan detail kualitas yang tak perlu diragukan lagi. Ternyata, peminatnya cukup banyak dari daerah.

Kiki mengaku, pengantaran barang ke wilayah pelosok, tidaklah mudah. Pilihan jatuh pada JNE. Alasannya sederhana, hanya JNE yang bisa.
“Saya biasa bawa barang pesanan yang sudah dipacking ke kantor JNE di Jl AP Pettarani. Itu cepat sampai ke tangan pelanggan di daerah,” ungkapnya.
Beberapa waktu berjalan, muncul pesaing JNE yang menawarkan kemudahan untuk menjemput paket di rumah. Kiki sempat mencobanya. Namun pelayanan yang diberikan ternyata tidak sebaik yang dilakukan oleh JNE.