Bukan hanya itu, setiap dua hektare sawah, akan dapat bantuan hand traktor, dua roda, dan empat roda. Jika ada lahan tidur yang tidak diolah masyarakat, akan diambil alih brigade untuk diolah. Tentu hasilnya akan dibagi dengan pemilik lahan.
“Kenapa bapak presiden sangat peduli kedaulatan pangan kita. Coba bayangkan. Kalau perang, bukan hanya senjata dan amunisi saja yang dibutuhkan. Tapi yang penting adalah ketersediaan pangan. Siapa kuasai pangan dia kuasai dunia,” ujarnya.
Wakil Bupati Luwu Dhevy Bijak bersyukur karena rapat koordinasi soal pertanian dapat dilaksanakan. “Tidak semua daerah dilakukan seperti ini. Kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik,” kata Dhevy.
Luwu merupakan kabupaten terluas kedua lahan pertanian setelah Sidrap. Sayang, belum memiliki pengeringan gabah (drayer).
“Kami meyayangkan hasil pertanian dibawa ke kabupaten lain. Kalau kelola sendiri, tak ada tempat. Hasil produksi kami dibawa ke Sidrap diolah. Kami ingin kemandirian difasilitasi pertanian. Gudang dan drayer. Kami ingin hasil pertanian dikelola sendiri,” jelasnya. (shd/zuk)