Ia juga mengutuk keras tindakan genosida yang masih berlangsung dan mendesak masyarakat internasional untuk bertindak nyata.
Sementara itu, Therry Al-Ghifari menjelaskan bahwa gerakan solidaritas terhadap Palestina di Makassar selama ini dilakukan melalui berbagai cara, termasuk aksi simbolik menyalakan lilin di Monumen Mandala dan penyuluhan melalui dongeng bertema Nakbah di sekolah dasar. Ia menegaskan pentingnya aksi nyata seperti boikot terhadap produk afiliasi Israel. “Boikot adalah bentuk perlawanan sipil yang damai tapi sangat efektif. Kita juga mendesak Pemerintah Indonesia agar mengambil sikap lebih tegas dan konkret untuk menghentikan genosida yang terjadi di Palestina,” ujarnya.
Dari sisi akademik, Agussalim Burhanuddin menyoroti pentingnya peringatan Nakbah sebagai sarana membangun narasi global perlawanan terhadap pendudukan Israel. Ia juga mengkritisi kebijakan pemerintah Indonesia yang bersedia menerima pengungsi Palestina. “Langkah ini bisa melemahkan legitimasi pemerintah Palestina dan justru menguntungkan kepentingan Israel dan sekutunya karena sangat susah mengembalikan pengungsi yang sudah keluar dari tanah Palestina,” tegasnya.
Kegiatan ini diakhiri dengan aksi simbolik pembagian dan pemakaian gelang perdamaian oleh seluruh peserta dan narasumber sebagai simbol komitmen bersama untuk mengedepankan perdamaian tanpa kekerasan, serta menegaskan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Peringatan ini menjadi pengingat bahwa Nakbah bukan sekadar sejarah masa lalu, tetapi realitas yang masih terus berlangsung dan menuntut perhatian, kesadaran, serta aksi nyata dari komunitas global — termasuk dari kampus-kampus di Indonesia. (*)