HARIAN.FAJAR.CO.ID, LUWU — Hari Bumi selalu diperingati pada Selasa, 22 April. Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati. Begini versi Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Makassar.
Ketua Forum Komunitas Hijau Kota Makassar, Ahmad Yusran mengulik spiritual ekologi masyarakat tentang kilau emas dan luka bumi terhadap perubahan iklim di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang menyimpan kekayaan alam luar biasa, termasuk sumber daya tambang emas.
Menurut Yusran, seiring dengan meningkatnya aktivitas pertambangan, baik legal maupun ilegal, muncul pula luka ekologis yang menganga merusak alam, memicu krisis iklim, dan mengguncang kehidupan masyarakat lokal melalui sejumlah aspek.
Ledakan Pertambangan dan Ancaman Tersembunyi
Wilayah-wilayah seperti Latimojong, Bastem, dan Rongkong kini menjadi titik panas pertambangan emas. Banyak operasi tambang berlangsung tanpa izin resmi, mengabaikan prinsip keberlanjutan, dan luput dari pengawasan lingkungan. Hutan dibabat, bukit digali, dan sungai tercemar dalam kejaran keuntungan jangka pendek.
Deforestasi dan Degradasi Ekosistem
Hutan tropis Luwu yang dahulu menjadi benteng karbon dan sumber kehidupan bagi flora-fauna kini terkoyak. Alih fungsi hutan untuk pertambangan menyebabkan deforestasi yang mempercepat krisis iklim. Fragmentasi habitat juga mengancam keanekaragaman hayati dan memperburuk bencana ekologis seperti banjir dan longsor.
Pencemaran dan Krisis Air
Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida dalam proses pemurnian emas telah mencemari sungai-sungai utama. Limbah tambang yang dibuang sembarangan menyebabkan kerusakan kualitas air, mematikan biota sungai, dan membahayakan kesehatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada air bersih.