“Fokus kami tetap sama dan sangat jelas pelanggan. Kami membangun perusahaan yang lebih mendengarkan, lebih gesit bergerak, dan lebih cerdas dalam melayani. Baik di kota besar maupun wilayah pelosok, XLSMART hadir untuk memastikan setiap orang Indonesia,” ulasnya.
Presiden Komisaris XLSMART, Arsjad Rasjid, menegaskan bahwa merger ini tidak akan berdampak negatif pada pelanggan maupun karyawan. Jangan sampai experience dari pelanggan terganggu, itu yang paling utama.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam proses penggabungan ini. “Kami memiliki komitmen terhadap bagaimana memastikan tidak ada PHK untuk karyawan,” kata Arsjad yang juga mantan Ketua Umum Kadin Indonesia.
Menurut Arsjad, langkah merger ini penting untuk menghadapi era digital yang menuntut efisiensi dan layanan teknologi yang makin canggih. “Merger ini membuka peluang masuknya investasi besar ke sektor telekomunikasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8%,” akunya.
Sebelumnya, dalam pernyataan resmi, XL Axiata dan Smartfren menyebut nilai prasinergi gabungan kedua perusahaan mencapai US$ 6,5 miliar, dengan potensi sinergi prapajak sebesar US$ 300–400 juta per tahun. Pendapatan proforma perusahaan diproyeksikan mencapai Rp 45,8 triliun, dan EBITDA tembus Rp 22,5 triliun, berdasarkan laporan keuangan tahun 2023 dan asumsi kurs Rp 16.000 per dolar AS.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) ketiga perusahaan juga telah menyetujui susunan direksi dan komisaris baru, menandai struktur kepemimpinan gabungan yang akan membawa visi transformasi digital Indonesia ke tahap berikutnya. (edo)