“Kami ditargetkan untuk meningkatkan produksi
pangan hingga 5,5 juta ton tahun ini. Namun, tantangannya tidak mudah, terutama dengan adanya bencana banjir yang merendam sekitar 6.000 hektare sawah,” ucapnya.
Jenderal TNI AD bintang dua tersebut menuturkan kondisi ketahanan pangan nasional masih cukup stabil dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang yang mengalami penurunan stok beras. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kodam XIV/Hasanuddin terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah serta pihak terkait guna memastikan produksi pangan tetap berjalan dengan optimal.
Terpisah General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah, menyebut program Electrifying Agriculture menjadi wujud nyata dukungan PLN terhadap kedaulatan pangan nasional. PLN tidak hanya menerangi, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian. “Di sektor pertanian, kami hadir melalui layanan kelistrikan yang andal untuk mendukung operasional seperti pompa air, mesin pengering, hingga
drone pertanian,” ujar Edyansyah.
Sebelumnya, sejumlah petani di Pinrang mengeluhkan
gabahnya tak terserap Buloh. Akibatnya, mereka jual lebih murah ke tengkulak. Tahun ini, Bulog Pinrang kebanjiran gabah sehingga membuatnya kewalahan dalam menyerap gabah petani.
Melimpahnya hasil panen membuat Bulog kewalahan, bahkan Pemimpin Cabang Bulog Pinrang, Ivan Faisal, menyebut proses penyerapan gabah kali ini sebagai yang paling berat sepanjang masa tugasnya.
“Setengah mati memang. Ini hal baru, baru terjadi, aturan baru juga. Kami masih menyesuaikan diri. Insyaallah ke depan akan kami persiapkan semuanya, termasuk upaya penambahan gudang,” ujar Ivan.