Di tengah hiruk-pikuk jalanan, panasnya terik siang, sekelompok ojek online berkumpul di ruko Hafayu TV. Bukan menunggu orderan, melainkan untuk menikmati makan siang gratis yang telah disiapkan.
Fitri Ramadani
Mahasiswa magang UIN Alauddin Makassar di FAJAR
Ruko di Jalan Toddopuli Raya berdiri mencolok di tepi jalan yang ramai. Fasad bangunannya bercat putih dengan aksen merah dan biru, menampilkan tulisan Hafayu TV di pintu masuk. Bagian depannya tampak sederhana dengan beberapa meja dan kursi untuk pelanggan.
Terik matahari siang mulai menyengat, puluhan ojek online mulai berdatangan. Mereka menggunakan jaket khas yang sudah mulai pudar, akibat terik matahari. Beberapa di antaranya duduk di bangku panjang, mengobrol ringan menunggu makan siang gratis. Suara obrolan santai bercampur dengan deru kendaraan yang lalu-lalang di jalan raya.
Di sudut lain, beberapa driver bersandar di motornya, melepaskan helm dan mengusap keringat yang mengalir di pelipis. Ada yang menyandarkan kepala ke tembok ruko, menutup mata sejenak, mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah seharian bekerja. Yang lain menyibukkan diri dengan bermain ponsel, mungkin mengecek orderan atau sekadar mengisi waktu sebelum makan siang tiba.
“Makan gratis ini sangat bagus. Saya pribadi merasa sangat terbantu,” ujar Agung, seorang ojek online yang sering berkunjung ke tempat ini. Ia berkunjung hampir setiap hari Senin sampai Kamis.
Jarum jam menunjukkan angka 13:00 WITA, waktu yang ditunggu-tunggu oleh mereka. Sejak pagi hari sudah berkeliling kota, mengantarkan penumpang, paket, dan makanan ke berbagai sudut. Di bagian depan ruko, memiliki struktur unik yang menyerupai gerobak. Ketika mulai terbuka, menandakan makan siang telah dimulai.
Bagian luarnya dicat merah mencolok, menarik perhatian siapa saja yang melintas. Sebuah kanopi kecil menaungi sisi depan yang terbuka lebar. Aneka lauk pauk sudah tertata rapi dalam wadah stainless. Uap hangat mengepul dari hidangan, menguar ke udara. Aroma sedap tempe goreng, tahu goreng, sambal pedas menyelimuti. Sayur berkuah yang menggoda selera juga tersedia di sana.
Lelaki berjaket kuning itu menambahkan makanan yang disajikan sangat enak dan porsi lumayan banyak. Sehingga menambah energi dan semangatnya untuk mencari rezeki kembali. “Tidak pelit kasih lauk,” ucapnya.
Beberapa orang mulai mengantre, mengambil piring dan memilih lauk. Sendok dan garpu mulai beradu di atas wadah plastik berbentuk anyaman yang dilapisi kertas nasi. Di sekitar area ini, suasana terasa hidup, ada yang sibuk menyendok nasi, ada yang berbagi cerita di sudut. Sementara di dalam, seorang staf Hafayu TV sesekali melirik ke arah antrean, memastikan makanan cukup untuk semua yang datang.
Di antara kesibukan itu, Iking, Manager Hafayu TV, berdiri di sudut ruko, mengamati bagaimana program makan siang gratis ini berjalan. Baginya, ini bukan sekadar aksi berbagi, tetapi juga bentuk kepedulian yang lebih luas.
“Niat tulus kami adalah untuk mendapatkan pahala, ini amal jariyah,” ujarnya dengan senyum hangat. Ia juga menambahkan bahwa makanan yang diberikan tidak hanya sekadar makanan gratis, tapi mereka juga memperhatikan nilai gizi dan nutrisi. Sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi para penerima.
Menurut Iking, program ini murni untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan, tanpa ada kepentingan lain. “Kami tidak mau mencari apa-apa, tidak ada hubungannya dengan politis kami. Kami mau berbagi kebahagiaan saja dengan orang-orang yang membutuhkan agar tertutup di siang hari melalui makan siang gratis ini,” tambahnya.
Ketika mereka selesai makan, para driver satu per satu bangkit, mengucapkan terima kasih, dan kembali ke jalan, melanjutkan pekerjaan mereka. Tim Hafayu TV tersenyum, melihat bagaimana sepiring nasi dan lauk sederhana bisa membawa kebahagiaan bagi mereka di siang yang terik. (*/)