“Kemudian apabila sudah kita temukan siapa orangnya, harus meminta maaf secara terang-terangan langsung di depan forum. Dan kalau sudah ditemukan, itu dia tidak boleh lagi menjadi pengurus. Itu yang mau saya sampaikan,” sambungnya.
Lebih lanjut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar ini mengatakan, lantaran tidak bisa menyampaikan hal tersebut, disertai adanya penghalangan dirinya masuk ke dalam forum, ia pun merasa sangat kecewa.
“Ini tidak menghormati kita, semestinya karena saya dari PBNU itu seharusnya dikasih (masuk) ke sana, meskipun tidak diundang karena haknya Mustasyar PBNU memberikan nasehat, diminta atau tidak diminta. Apalagi ada masalah. Jelas saya kecewa sekali, dan saya termasuk yang tidak menerima kepengurusan ini (hasil konfercab),” ucapnya.
Tidak hanya kecewa, setelah mengetahui bahwa konfercab akhirnya tetap dipaksakan tanpa menjalankan apa yang telah disepakati sebelumnya, Gurutta Baharuddin juga merasa telah dikhianati.
“Makanya saya sudah mengirimkan pesan kepada Sahibuddin bahwa bapak ini menghianati kesepakatan,” bebernya.
Kecam Penghalangan Gurutta Baharuddin
Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel, KH. Amirullah Amri kecam penghalangan Gurutta Baharuddin yang dilakukan panitia Konfercab XV NU Makassar. Menurutnya itu seperti halnya sikap premanisme terhadap seorang ulama.
“Saya beritahu itu mereka (panitia) bahwa ini Gurutta Ulama. Orang dahulu itu, biar bagaimana premannya kalau ada gurunya pasti hilang itu jiwa premannya. Saya juga beritahu, kasih naik Gurutta saja sendiri karena tidak elok kelihatan Gurutta menunggu di depan pintu, tapi tetap mereka tidak buka,” ujarnya yang juga berada di lokasi konfercab mendampingi Gurutta Baharuddin.