“Kolaborasi antarpelaku usaha akan berdampak signifikan pada pencapaian tujuan bisnis yang lebih efisien. Saat ini terdapat 201 sentra industri batik yang tersebar di 11 provinsi, di mana DIY memiliki 23 sentra yang aktif berperan sebagai pemasok bahan baku dan pusat pengembangan produk batik, ” kata Reni di Jakarta, Senin 28 Oktober 2024.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi, menyatakan bahwa batik bukan sekadar kain bermotif, melainkan lambang identitas bangsa yang memiliki kontribusi ekonomi signifikan. Pada tahun 2023, ekspor batik nasional tercatat mencapai USD 17,5 juta, menandakan betapa batik telah menjadi subsektor industri yang diakui di kancah internasional.
Untuk meningkatkan efisiensi industri batik, BBSPJIKB Yogyakarta merilis beberapa aplikasi digital pada peringatan HBN 2024, yaitu Ekosistem Batik dan Kerajinan, Syndi – Synthetical Dyes Indexation, dan Motif Batik Digital. Selain itu, buku “Batik Lintas Nusa” dan “Ragam Motif Kerajinan Nusantara” akan didistribusikan kepada 2.000 pelaku industri batik di seluruh Indonesia.
Pada puncak acara, Kepala BBSPJIKB Yogyakarta, Budi Setiawan, menyampaikan bahwa tema tahun ini adalah “Tradisi dan Inovasi dalam Harmoni.” Menurut Budi, kegiatan ini bertujuan untuk menghadirkan harmoni antara tradisi luhur batik dengan inovasi modern, yang akan memperkuat daya saing batik nasional.
Sebagai simbol harapan, acara ditutup dengan simbolisasi penyalaan Geni Pangudi dari Cawan Sidomukti di Candi Prambanan, yang melambangkan upaya agar industri batik Indonesia dapat memanfaatkan fasilitas dan dukungan yang diberikan BBSPJIKB Yogyakarta demi pertumbuhan yang berkelanjutan. (edo)