Sama halnya dengan arus barang berupa kendaraan, juga mengalami peningkatan yang mencapai 1,5 juta unit atau naik 8,4 persen dari 2022. Terpantau juga arus peti kemas naik 1,1 persen dari 2022 menjadi 429 ribu TEUs.
Upaya meningkatkan kinerja pelabuhan termasuk mengurangi waktu tinggal kapal (port stay) dan barang bawaan (cargo stay). Dalam hal ini, SPMT berkontribusi mempersingkat jarak antara waktu kedatangan kapal di dermaga hingga keberangkatannya kembali setelah bongkar muat barang.
Penurunan waktu ini dilakukan dengan adanya standardisasi layanan pada setiap pelabuhan. Kemudian, SPMT juga memastikan aspek komersial dari pelabuhan tersebut optimal seperti kualitas layanan, revenue sharing, hingga tarif layanan yang kompetitif.
Khusus di Pelabuhan Makassar, transformasi yang dilakukan sejak Agustus 2023 lalu telah mampu mempersingkat lama bongkar muat. Jika sebelumnya dalam sehari bongkar muat hanya 1.500 ton lebih, kini bisa ditingkatkan menjadi 1.905 ton lebih. Lama tinggal kapal juga bisa ditekan dari biasanya 3,33 hari, kini singkat menjadi 2,85 hari. Artinya ada peningkatan sekitar 15 persen.
“Target kami ke depan, SPMT akan menjadi pengelola pelabuhan yang berstandar global,” ujar Direktur Operasi SPMT Arif Rusman Yulianto pada Media Gathering SPMT di Surabaya, Februari 2024 lalu.
Perubahan Positif di Pelabuhan Makassar
Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI/ILFA) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Syaifuddin Syahrudi, mengungkapkan, pasca merger memang terasa perubahan yang dilakukan Pelindo. Terutama proses operasional bongkar muat nonpetikemas di Pelabuhan Soekarno-Hatta.