Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan erat antara insomnia dan penurunan konsentrasi yang di miliki mahasiswa. Menurut National Sleep Foundation (2018) kejadian insomnia di seluruh dunia adalah 67 persen di antara 1.508 orang di Asia Tenggara. Di mana 7,3 persen insomnia terjadi kepada mahasiswa. Di Indonesia, berdasarkan prevelensi penelitian di Universitas Udayana yang diperoleh ada 40 persen mahasiswa memiliki insomnia sementara, 56 persen mahasiswa memiliki insomnia jangka pendek, dan 4 persen mahasiswa memiliki insomnia jangka panjang (Sathivel Setyawati, 2017).
Insomnia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penurunan sistem kekebalan tubuh, risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Namun, salah satu dampak paling mencolok adalah penurunan konsentrasi dan daya ingat yang mempengaruhi kinerja sehari-hari, baik di tempat kerja maupun dalam aktivitas belajar.
Dalam pandangan psikologi, untuk mengatasi insomnia dan memperbaiki konsentrasi, pendekatan holistik diperlukan. Ini termasuk menciptakan rutinitas tidur yang sehat, seperti menjaga jadwal tidur yang konsisten, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan menghindari stimulan seperti kafein dan layar gadget sebelum tidur. Terapi kognitif perilaku juga dapat membantu individu mengatasi pikiran yang mengganggu yang dapat menyebabkan insomnia.
Insomnia bukan hanya masalah tidur yang umum, tetapi juga masalah kesehatan serius yang dapat berdampak pada kualitas hidup dan kinerja sehari-hari. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan solusi untuk insomnia, kita dapat mengatasi penurunan konsentrasi yang disebabkan oleh gangguan tidur ini, dan meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan. (*)