MAKASSAR, FAJAR — Kondisi ekspor saat ini terbilang stabil, meskipun sektor komoditas yang dominan yang terus berubah.
Ketua Gabungan Perusahaan Eksport Indonesia Sulawesi Selatan (GPEI Sulsel), Arief R Pabettingi, menyebut dari segi komoditas, sektor ekspor masih didominasi oleh nikel, rumput laut, serta produk perikanan seperti ikan segar, cumi, dan udang, serta ikan fillet.
“Selain itu, ada juga komoditas seperti cengkeh, merica, kemiri, dan beberapa produk hutan pinus,” jelas Arief.
Arief menyebut, kuartal I di 2024 ini ekspor Sulsel masih menunjukkan kinerja yang stabil, tercatat sekitar 7,20 persen pertumbuhannya.
Meski begitu, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah dampak geopolitik, terutama dalam konteks peperangan dan ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
“Hampir tiga tahun dalam era Covid-19, kita juga dihadapkan dengan konflik-konflik geopolitik yang mempengaruhi stabilitas ekspor. Yang paling terdampak adalah sektor logistik, yang berdampak pada kenaikan harga dan terganggunya arus barang,” tambahnya.
Menurut Arief, biaya logistik yang tinggi menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga produk ekspor menjadi mahal.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan sistem transportasi dan regulasi guna memastikan bahwa biaya logistik dapat diminimalkan.
“Dalam situasi seperti ini, peran pemerintah sangat penting. Dengan adanya dukungan dari pemerintah, pelaku usaha akan lebih termotivasi untuk meningkatkan daya saing produk komoditas dalam pasar internasional,” ujarnya.