Aku pun menjalani hari-hari seperti biasa. Sampai pada suatu hari, Alif menyatakan perasaannya padaku dan memintaku menjadi pacarnya. Aku tak percaya. Aku terdiam membisu, seakan tidak bisa menjawab apapun. Ini sesuatu yang seperti aku harapkan. Dengan jantung yang berdebar kencang aku menerimanya dan kami jadian.
Kami menjalani hubungan layaknya kebanyakan orang berpacaran. Susah, senang, sedih, dan gembira bersama. Suatu hari, semuanya mulai berubah. Ketika ia terlibat pertengkaran dengan teman sekelasku yang bernama Syifa.
Mereka selalu bertengkar, bahkan hal kecil pun mereka ributkan. Aku mengenal Syifa. Dia salah satu perempuan tercantik di sekolahku. Bahkan ada yang menjulukinya sebagai princess.
Dengan melihat mereka bertengkar setiap hari, membuat hatiku merasa tidak tenang. Mungkin ada rasa cemburu karena pertengkaran mereka itu seperti pertengkaran yang membuat mereka semakin dekat. Terbukti dengan sikap Alif yang berubah semakin hari. Kecemburuanku menimbulkan curiga. Padahal tidak seharusnya aku meragukan pacarku sendiri.
Rasa kecurigaanku semakin menjadi-jadi. Yang awalnya aku bisa menahannya, tapi kini sudah tidak bisa lagi menahan diri. Aku merasa harus melakukan sesuatu untuk membuktikan kecurigaanku itu salah, dan hatiku akan menjadi lebih tenang.
Namun harapanku bahwa Alif tidak mungkin selingkuh, itu semua sirna ketika aku membaca chatnya dengan Syifa. Hatiku serasa hancur berkeping-keping ketika membacanya. Kekhawatiranku itu ternyata benar. Mereka ternyata lebih dekat dari dugaanku, semenjak Alif mulai menjauh dariku.