English English Indonesian Indonesian
oleh

Ayo Mudik

Oleh: Suf Kasman, Dosen UIN Alauddin

Mudik atau pulang ke kampung halaman bagi perantau, menjadi telatah leluri tak terpisahkan dari hari raya Idul Fitri.
Perjalanan mudik terasa mengharukan, karena akan berjumpa segenap 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘭𝘰𝘭𝘰 (sanak saudara) di kampung halaman.

Tidak sedikit orang merefleksikan bahwa pesona yang mengukir cerita lama begitu indah, selain mudik lebaran. Mengapa bisa demikian, karena mudik ke kampung halaman mirip perjalanan bina cinta alam, ‘indah dan penuh kebahagiaan’ di sepanjang jalan.

Harakah-nya seru dan penuh kejutan di setiap tikungan tajam. Aku menyebut mudik merupakan hadiah terindah dari Allah Swt. Sebab di kampung halaman, setiap pemudik menemukan kebahagiaan sejati dalam pelukan yang dirindukan.

Mudik bisa pula disebut sebagai titik temu antara masa lalu dan masa depan, tempat di mana pemudik menakzimkan dambaan dan memupuk harapan baru.
Mudik tahun 2024 ini idealnya bawa apa?

Ya, bekal yang mesti dibawah 𝗺𝘂𝗱𝗶𝗸, tentu berbekal rindu dan semangat cinta untuk 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘭𝘰𝘭𝘰 𝘵𝘢. Di samping doa terbaik dan hati yang lapang. Rasa kangen pada 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘭𝘰𝘭𝘰 𝘵𝘢 yang tersayang, bertemu pula kawan sepermainan. Itu sebabnya, saat 𝗺𝘂𝗱𝗶𝗸 jangan lupa bawa ‘obat anti-macet’ yaitu senyum yang tulus, sekaligus bagi-bagi angpao.

Silahkan 𝗺𝘂𝗱𝗶𝗸, boleh membawa apa saja, asal jangan bawa tumpukan masalah.
Saudaraku,
Sejauh apapun kepergian Anda, tempat kelahiran adalah rumah untuk kembali. Inilah membuatku ingin 𝗺𝘂𝗱𝗶𝗸.

Sudah lama aku tidak melihat kampung kelahiranku yang selalu kubanggakan. Desa Bila Sidenreng Rappang, di sanalah aku dilahirkan ‘Kepingan Surga Nusantara’.
Posisi rumah kelahiranku amat strategis, di depannya terdapat sungai besar.
Di belakang rumahku kl. 2 km berjajar deretan gunung kokoh; masing-masing Bulu’ Ateng dan Bulu’ Bila.  Tak jauh dari rumahku terdapat obyek wisata Taman Wisata Puncak Bila. Merugilah yang tidak menikmati aneka wahananya.
Di samping kiri rumahku terdapat sawah membentang.
Tak pernah habis menuai kagum, hari-hariku menjadi hari paling indah, ketika memandang deretan sawah lewat binar mataku.

News Feed