Menyambut Hari Raya Idul Fitri di Gaza sungguh hal yang tidak mudah. Sulit dibayangkan akan ada pawai malam takbiran, seperti halnya di negara-negara lain yang bisa berpuasa sebulan penuh dengan tenang lalu menyambut Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Yang terjadi adalah mereka selalu dibangunkan oleh suara desingan peluru, dentuman bom, dan jeritan kematian, serta bau amis darah syuhada.
Di tengah blokade yang menyulitkan pergerakan dan akses terhadap kebutuhan dasar, penduduk Gaza harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup. Bayangan penderitaan terus mengintai. Suara desingan peluru dan ledakan masih menggema terus di langit Gaza, mengingatkan penduduk akan ketegangan yang tidak diketahui kapan berakhir. Anak-anak Gaza tumbuh dengan pemandangan yang menakutkan, tetapi mereka juga tumbuh dengan keberanian dan tekad untuk mengejar masa depan yang lebih baik.
Gaza adalah tempat di mana harapan, tekad, keberanian, dan keteguhan iman berkumpul. Meskipun terjebak dalam konflik yang tak berujung, penduduk Gaza terus menunjukkan kegigihan dan ketahanan yang luar, biasa. Mereka menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan hati yang penuh dengan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Hati kita sangat trenyuh, terharu dan sekaligus bangga ketika menyaksikan sebuah video singkat yang beredar di medsos, berisikan wawancara seorang gadis kecil, berumur sekira 5-6 tahunan, yang mengungkapkan bahwa apapun yang terjadi dia tidak akan meninggalkan tanah airnya, dia lebih rela mati sebagai syahid di tanah airnya ketimbang melarikan diri yang juga tidak menjamin dirinya bisa hidup. Dia mengungkapkan bahwa, dia tidak takut kepada Israel yang pengecut, yang dia takuti hanyalah Allah swt, yang akan selalu menjaganya, kalau belum terwujud di dunia maka akan di akhirat. Suatu semangat dan keimanan luar biasa yang sulit ditemukan bagi generasi Islam masa kini, selain pada anak-anak Gaza dan Palestina.