Ada cerita menarik di seputar pembeli dan penjual di pasar tradisional.
Salah seorang wanita muda hendak berbelanja telur salah satu pasar tradisional di Makassar. Ketika masuk pasar, dia langsung mendekati penjual telur yang dari tadi menjejalkan dagangan telurnya.
Pembeli: “𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨, mau ka’ beli telor, tapi kok kecil-kecil telornya?”
Penjual: “Iye, memang telornya kecil-kecil ndi’, justru bagus kalo kecil-kecil.
Kemarin ada telor besar, kasihan ka’ lihat ayamku, hampir dioperasi”. Trauma ka’ lihat telor besar, karena nyaris saja jebol pantatnya ayamku.”
Pembeli: “Oh mate mi ja’, kalo telor kecil-kecil begini, berapa satu butir?”
Pedagang Telur: “2.000 rupiah per butirnya ndi’.”
Pembeli: “Kok ada yang pecah, di jual juga ka yang retak ini 𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨, berapa tosi harga na?”
Pedagang Telur: “Cuma 1.000 Rupiah kalo pecah ndi’.”
Pembeli: “Wow keren…Kalo begitu mohon telornya dipecah semua 𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨, biar harganya murah hik hik hik…”
Pedagang Telur: (mulai kesal)
Penjual: “Mau betul ki’ ga beli Telor”,
Pembeli: “Mau ka’ 𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨.”
Penjual: “Mau telor apa? Pilih: ada telor ayam ras, telor ayam kampung, telor bebek dan telor puyuh.
Yang saya tidak jual hanya telor ikan. Mau ki’ telor yang mana”?
Pembeli: “Telor ayam mi 𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨.”
Penjual: “Telor ayam ras atau ayam kampung?”
Pembeli: “Telor Ayam kampung-lah.”
Penjual: “Telor ayam kampung lokal atau import?”
Pembeli: “Telor ayam lokal aja, karena tinggal ja’ di Tompobulu.”
Penjual: “Lokalnya mau dari Pinrang, Sidrap atau Bulukumba?”
Pembeli: “Sidrap mi deh, karena terkenal warung palekko’na Sidenreng.” (sambil terlihat kesal nan menggerutu).
Penjual: “Oh Sidrap”.
Mau Sidrap daerah Baranti, Sidrap Allakkuang, atau Sidrap Tanru’ Tedong?”
Pembeli: “𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨, ini mau jual telor atau mau cerdas cermat Tingkat Nasional?”
Penjual: “Maaf Bu, sebenarnya saya ini penjual Coto Daeng Tata di sebelah! Kebetulan penjual telornya pergi toilet. Saya disuruh ngobrol dulu sama pembeli sampe penjualnya datang.
Itu penjual na (sambil menunjuk pemilik aslinya datang), kemudian penjual asli langsung ambil alih dagangannya.
Penjual Telur: “Mau ki beli telor jenis apa bu’”
Pembeli: “Dari tadi saya mau’ beli telor ayam, tapi ini orang cerewe’ sekali, 𝘮𝘦𝘯𝘳𝘦’ 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘭𝘭𝘢 𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘢”.
Penjual Telur: “Maaf bu’, saya ini baru keluar dari penjara Kelas I Makassar”
. . . ????
Pembeli: (Dengan heran) keluar dari penjara, apa hubunganya dengan telor?”
Penjual Telur: “Ah ndak enak diceritakan di pasar ini.”
Pembeli: (Tambah heran dan semakin bertanya-tanya!!!) “Nggak apa-apa cerita aja 𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨!”
Penjual Telur: “Ah nggak usahlah, nggak enak nanti dengarnya satu pasar!”
Pembeli: “Nggak apa-apa sampaikan aja 𝘋𝘢𝘦𝘯𝘨!”
Penjual Telur: “Begini loh bu’, saya sudah berkali-kali masuk penjara, ya gara-gara kuparangi pembeli yang cerewet sep kamu …!!!!”
𝟮𝟳 𝗥𝗮𝗺𝗮𝗱𝗵𝗮𝗻 𝟭𝟰𝟰𝟱 𝗛